Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jokowi dan Ahok Membuat Kompasiana Sepi

18 Februari 2018   20:07 Diperbarui: 18 Februari 2018   22:17 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa teman mengatakan lewat FB, WA, maupun pertemuan saat kopi darat bahwa K sekarang sepi dengan kata lain kurang peminat. Menilik berita yang ditulis Admin,  bahwa Kompasiana kini menduduki peringkat 7 dari 10 berita online di negeri ini, menunjukkan bahwa K masih dicintai untuk menulis berita daBen opini bagi warga net. Minimal membaca walau tanpa meninggalkan jejak like dan komen.


Nah, tadi saya membaca dua tulisan Mbak Indira Revi yang di akhir tulisan mengatakan: "Sekilas catatan perjalanan. Tulisannya singkat aja yaaa.. soale kompasiana masih sepiii..." Sebuah ungkapan jujur yang menggelitik dan memunculkan pertanyaan: 'benarkah dan mengapa?'

Menurut pengamatan penulis, dalam tiga tahun terakhir Kompasiana sering dan sulit sembuh dari penyakit tahunan yang membuat sulit masuk, tulisan hilang, kehilangan viewer dan komen. Inilah yang membuat K'er lama banyak yang meninggalkan Kompasiana. Memang Admin telah berupaya memperbaiki dan membuat terobosan baru, misalnya ada komen terpopuler dan bahkan dengan sebuah rayuan untuk K'er akan diberi reward jika viewer bisa mencapai angka 5.000!


Tapi rupanya belum membuat K'er jadul kembali nulis dan berkomenria. Mungkin sekedar menjadi lelembut yang tak mau menunjukkan hidungnya dengan komen atau like selain mengklik tanpa membaca.


Sedang kaum taruna di K masih bekutat dengan dirinya sendiri dengan enggan berkenalan dan bergaul dengan K'er lainnya. Sebenarnya ini juga berlaku bagi K'er jadul seperti penulis ini.
Bila diamati dengan seksama dan teliti sekali dengan memakai kaca pembesar atau suryokonto, sebenarnya yang membuat Kompasiana sepi itu hanya satu pasang manusia: Jokowi dan Ahok.


Hlo kok bisa dan apa hubungannya?
Ketika Ahok masih menjabat sebagai gubernur Bangka Belitung dan Joko Widodo sebagai Walikota Solo, nyaris media tak memuat berita tentang mereka. Warga net pun boleh dikatakan tak kenal.


Begitu mereka mencalonkan diri menjadi pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI, masyarakat, politikus, pengamat, ekonom, aparat ASN, ulama, dan warga net pun berkomentar.


Terjadilah adu argumen dari yang halus sampai yang kasar dan berbau sara. Terutama kaum heater Jokowi - Ahok.
Keberhasilan Jokowi - Ahok
menduduki kursi 1 dan 2 DKI, membuat kepanasan dan kalap lalu mencak-mencak kesurupan di media gratisan di antaranya di Kompasiana. Apa pun  ucapan dan tindakan mereka selalu dinilai dan ditulis negatif di media.


Dasar Jokowi, belum genap dua tahun menjabat DKI 1, malah mencalonkan diri menjadi RI 1. Dengan pakaian kotak-kotak ala film koboi Western tetapi tetap tenang seperti merpati justru membuat pendukung pecinta kuda kelabakan.


Genderang perang kaum heater Jokowi di medsos dan K pun terus ditabuh. Apalagi Jokowi bisa menduduki kursi RI 1 dan meninggalkan kekuasaan DKI 1 pada Ahok.
Kejadian ini seakan mengubah Jokowi dan  Ahok menjadi kemenyan dan sesaji yang membuat kesurupan dan kalap para heater Jokowi - Ahok. Mereka ngoceh tak karuan tentang PKI, China, dan segala perbuatan Jokowi yang dianggap pencitraan belaka.


Keberhasilan kaum heater Jokowi - Ahok, memenjarakan Ahok seakan menjadi momentum untuk menggulingkan Jokowi. Ternyata, sikap tak bisa menjadi suri tauladan pemimpin kaum heater Jokowi - Ahok membuat Jokowi semakin kuat. PKI, China, dan Kristen pun bukan lagi senjata ampuh untuk menentang Jokowi. Justru #sepakat 2 periode# semakin bergema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun