Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Pengguna Motor Jadi Sasaran Kampanye

12 Februari 2019   14:27 Diperbarui: 12 Februari 2019   14:43 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjelang Pemilu 2019, nasib para pengguna sepeda motor dari hari ke hari mendapat perhatian dari politisi. Setelah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyampaikan janji akan menghapus pajak kendaraan bermotor dan memberlakukan SIM seumur hidup, selanjutnya Ketua DPR, Bambang Soesatyo, sekaligus politisi Partai Golkar mengusulkan motor bisa masuk atau menggunakan jalan tol. Menurut Bambang, usulan yang disampaikan merupakan aspirasi dari klub motor yang ada.

Para politisi memperhatikan mereka sebab jumlah pengguna motor di Indonesia jumlahnya sangat melimpah. Menurut data yang tercatat pada 1 Januari 2018, populasi sepeda motor mencapai 91.085.532 unit atau 82 persen dari populasi kendaraan keseluruhan. Jumlah ini seperti tiga kali lipat populasi penduduk Malaysia yang hanya 32 juta-an jiwa.

Meningkatnya jumlah motor yang dimiliki masyarakat bisa jadi disebabkan meningkatnya penghasilan mereka ditambah dengan cara pemjualan yang dilakukan oleh sales sangat mudah, gampang, cepat serta berbonus televisi, jaket, serta helm. 

Hanya dengan modal Rp500.000 dan KTP, seseorang bisa memiliki motor dengan cara mencicil. Sales tahu masyarakat membutuhkan motor sebab alat transportasi ini fleksibel dan memudahkan mobilitas penduduk.

Masyarakat memilih menggunakan motor untuk melakukan mobilitas sebab angkutan umum, public transport, yang ada dirasa tidak nyaman, lama, dan tidak menjangkau lingkungan tempat tinggal sehingga dari sinilah minat masyarakat membeli motor tinggi. 

Minat ini disambut sales dengan membuka show rooms dan pelayanan pembelian di berbagai tempat, mulai dari tempat yang elit hingga di depan toko-toko retail bahkan sampai di sela-sela perumahan padat penduduk.

Dari banyaknya kepemilikan motor inilah yang membuat dua hal, pertama, jalan yang dulu dipadati sepeda pancal sekarang disesaki oleh pengguna motor. 

Dulu anak-anak sekolah, SMP dan SMA, bila ke sekolah menggunakan sepeda pancal sekarang beralih memakai motor. Akibat yang demikian setiap jam berangkat kerja atau sekolah dan pulang kerja atau pulang sekolah, motor menyemut di jalan-jalan. Setengah ruas jalan yang ada seolah-olah dipadati oleh mereka.

Sekarang motor tidak hanya digunakan untuk beraktivitas. Lihat saja saat mudik lebaran, mereka menggunakan transportasi itu untuk pulang kampung. 

Akibatnya jalan Pantura yang biasanya dilewati kendaraan roda empat dan lebih, sekarang juga dijejali oleh motor. Jarak tempuh yang dituju motor untuk mudik, bukan jarak pendek, misalnya Jakarta-Purwakarta namun sampai jarak yang sebenarnya sudah tidak ideal bagi penggunanya, yakni Jakarta-Ngawi. Dari sinilah kekhawatiran itu muncul, yakni tingginya angka kecelakaan.

Kedua, tingginya kepemilikan motor menyebabkan angkutan umum menjadi sepi bahkan mati. Di berbagai daerah, angkutan umum yang dulu melayani anak-anak sekolah dan masyarakat dalam beraktivitas, sekarang pengemudi merasakan jasa yang ditawarkan menjadi sepi bahkan banyak di antara mereka bangkrut dan beralih profesi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun