Mohon tunggu...
Ardina Yunitasari
Ardina Yunitasari Mohon Tunggu... mahasiswa

Prodi Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Karanganyar Solo

Selanjutnya

Tutup

Financial

Paylater: Solusi atau Jerat Keuangan Bagi Anak Muda?

13 Mei 2025   13:26 Diperbarui: 13 Mei 2025   13:26 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Freepik) 

"Beli sekarang, bayar belakangan." Kalimat ini terdengar sangat menggoda, bukan? Inilah jargon dari layanan Paylater yang kini kian menjamur di kalangan anak muda Indonesia. Praktis, cepat, tanpa jaminan, dan tanpa ribet, itulah yang menjadi daya tarik dari paylater. Tapi di balik kemudahan itu, muncul pertanyaan besar: Apakah Paylater benar-benar solusi finansial, atau justru jerat keuangan bagi generasi muda?

Peristiwa tersebut menjadi sebuah cermin tantangan sekaligus juga bisa menjadi peluang. Tantangan karena berisiko menciptakan generasi yang mudah terlilit utang jika tidak dibekali dengan literasi keuangan yang cukup memadai. Peluang karena paylater, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi jembatan menuju kemandirian finansial dan peningkatan produktivitas para anak muda. Oleh karena itu, pentingnya bagi semua pihak dari individu, keluarga, institusi Pendidikan, hingga penyedia layanan untuk bersama-sama membentuk kesadaran yang kolektif tentang penggunaan layanan ini secara bijak dan bertanggung jawab.

Paylater juga memberikan peluang bagi pelaku UMKM muda yang sedang merintis usaha. Dengan modal terbatas, mereka dapat membeli stok barang atau peralatan usaha lebih dulu dan melunasinya seiring aliran pendapatan yang masuk. Dengan manajemen keuangan yang tepat dan benar, ini bisa menjadi strategi pengembangan usaha yang cerdas tanpa harus langsung mengajukan pinjaman bank atau kredit besar.

Dalam praktiknya, banyak anak muda yang menggunakan paylater bukan untuk kebutuhan mendesak, melainkan untuk memenuhi keinginan yang konsumtif karena hanya menuruti hawa nafsu untuk selalu bergaya hidup hedon. Tiket konser, fashoin terbaru, gawai yang mahal, hingga nongkrong di kafe-kafe hits agar tidak tertinggal tren, semua bisa dibeli dengan sekali Klik saja, bayarnya bisa belakangan. Akibatnya, banyak dari mereka yang terjebak hutang Karena tidak mampu membayar cicilan tepat waktu, yang disebabkan hanya karena FOMO (Fear Of Missing Out) atau rasa takut akan tertinggal tren terutama di kalangan anak muda Yang sangat konsumtif. 

Selain hal itu, paylater juga dapat menimbulkan perasaan yang selalu dihantui rasa bersalah dan kepercayaan diri yang hilang, terutama jika utang membuat seseorang gagal memenuhi kebutuhan primer atau janji ke orang terdekat. Beberapa anak muda juga mengaku merasa tidak mampu secara pribadi hanya karena tidak bisa mengatur pengeluaran dengan baik dan benar. Mereka merasa gagal menjadi mandiri secara finansial, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kepercayaan diri dan motivasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Kurangnya literasi ini membuat banyak anak muda yang tidak tahu batas antara kebutuhan dan keinginan. Mereka dengan sangat mudah tergiur oleh godaan konsumsi yang serba instan, dan Mereka merasa aman karena tidak langsung mengeluarkan uang saat bertransaksi. Padahal, di Balik adanya kenyamanan tersebut, ada komitmen finansial yang tetap harus dipenuhi di masa Depan dengan meningkatnya bunga, biaya layanan, dan konsekuensi jika gagal untuk membayar.

Sebagai penyedia layanan, platform fintech tentu memiliki peran yang besar dalam memastikan bahwa fitur paylater tidak disalahgunakan. Transparansi dalam menjelaskan skema pembayaran, bunga, dan denda sangat penting agar tidak disalahgunakan. Beberapa platform sudah mulai memberikan pentingnya edukasi finansial kepada penggunanya, namun upaya ini masih jauh dari kata cukup.

Ingatlah, bahwa paylater itu bukan musuh. Ia hanyalah alat dan alat bisa saja menjadi solusi atau bencana tergantung pada siapa yang menggunakannya. Jika bisa bijak dalam memanfaatkan paylater seperti membangun usaha atau hanya untuk mencukupi kebutuhan yang mendesak saja. Tapi kamu juga bisa terperosok jika menggunakannya hanya untuk memenuhi ego dan gaya hidup yang semu.

Mari kita gunakan teknologi dengan bijak dan benar, serta menjadikan fitur seperti paylater Sebagai alat bantu saja, bukan sebagai alat pemuas nafsu yang konsumtif dan gaya hidup hedon yang pada akhirnya akan berujung pada kesulitan ekonomi. Karena pada akhirnya, masa depan keuangan kita berada di tangan kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun