Mohon tunggu...
Ardi Winata Tobing
Ardi Winata Tobing Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk mengingat.

Prokopton.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Temukan Mesin Waktu, Temukan Tuhan

23 April 2015   22:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari bayangkan seandainya mesin waktu ditemukan. Dunia mungkin akan panik dengan godaan rasa penasaran.

Pikirkan, jika sebuah tim ilmuwan diberangkatkan dalam misi penjelajahan time travel perdana untuk kembali ke masa ribuan tahun yang lalu dan menyusup ke bukit Golgota demi diam-diam menonton Yesus Kristus sedang menghadapi ajal yang akan menjemput-Nya di tiang salib, mengikuti gerak-gerik nabi Muhammad dan menjadi saksi kebenaran kisah ajaib yang diceritakan di Al-Quran, atau malah merekam detik-detik Sidharta Gautama menyesap pencerahan di bawah naungan pohon bodhi.

Mesin waktu akan mengakhiri perdebatan dan bisa memicu “kiamat”.

Kiamat, bagi mereka yang percaya adanya Tuhan dan seluruh doktrin yang total diyakini sejak pertama kali mampu berpikir.. ternyata hanya tahayul yang ditekstualkan dan dirawat berabad-abad.

Namun sebaliknya, bumi akan menjadi tempat yang lebih senyap dan damai seandainya kisah-kisah di kitab suci bukanlah ilusi, seandainya wahyu yang mati-matian disebarkan para nabi adalah kebenaran mutlak yang wajib dituruti. Orang-orang akan memadati rumah-rumah ibadat nyaris setiap saat, melupakan segala rutinitas masa lalu yang dianggap duniawi. Gaya hidup asketis jadi satu-satunya panduan yang pantas diakui. Karena “hidup setelah mati” bukan lagi sekadar mitos atau mimpi!

Tapi mesin waktu akan mengubah bumi menjadi tempat yang membosankan.

Tuhan tidak akan mampu lagi mempermainkan manusia dalam petak umpet abadi. Ada tidaknya Dia kini sudah terbukti. Tidak ada lagi misteri yang tersisa jika Ia memang benar ada. Orang-orang mungkin saja akan melupakan segala inovasi dan pengetahuan karena toh semua akan berakhir  sia-sia jika di ending-nya hanya tersisa dua pilihan sederhana; surga dan neraka.

Untuk apa mengembangkan teknologi nuklir jika itu hanya memicu rasa takut dan perang yang tentu adalah bagian dari dosa yang dibenci Tuhan? Eksploitasi energi juga adalah pengerusakan alam yang tak disuka Yang Maha Kuasa, sehingga krisis mulai menipis, perlahan hilang dan kebutuhan dasar tersedia melimpah.

Orang-orang yang kelaparan akan mendapat makan yang layak tanpa perlu uang karena nilai tukar sudah tak punya manfaat lagi. Utopia komunis—sama rasa sama rata—adalah nilai tunggal yang tak mampu dibantah manusia.

Semua akan sesederhana; "jika Anda rakus dan tamak, Anda sudah tahu neraka balasannya".

“Tahu” dan "percaya" tentu punya wibawa yang berbeda.

Miliaran orang mungkin saat ini sudah “percaya” akan adanya Tuhan, namun jika “percaya” ditambahkan dengan “pengetahuan” maka itu bisa jadi final karena ruang untuk meragu sudah tertimbun rapat.

Manusia akan melangkahi hidup dalam jalan yang lurus. Tidak ada  kejahatan, tidak ada penemuan baru, hanya lantunan doa panjang dan pengasingan diri yang sunyi.

---

Namun bayangkan jika kebalikannya. Jika seandainya Tuhan resmi mati. Ilmuwan yang ditugaskan dalam misi menjelajah waktu membawa kabar mengejutkan: tokoh besar pembawa ajaran agama hanyalah manusia biasa yang dipolesi dongeng dan tipuan!

Awalnya, mungkin saja banyak yang tak percaya dan menyebut itu adalah konspirasi para ateis. Protes besar-besaran akan terjadi di seluruh dunia. Di Vatikan, di Arab Saudi, Thailand dan seantero bumi.

“Tuhan adalah abadi. Tuhan tak mampu mati!” teriak mereka penuh benci.

Beda halnya dengan orang-orang yang selama ini bermoral tinja namun tetap takut siksa neraka. Serentak mereka akan merasa terbebaskan. Rasa bersalah segera menguap seketika. Mereka berteriak girang di jalanan karena tahu jika apa yang dilakukan di bumi tidak berkonsekuensi dengan hukuman di akhirat nanti.

Beberapa mulai berpikiran liar. Mereka mencuri, membunuh, memperkosa, membalaskan dendam yang selama ini tertahankan.

Tapi itu hanya terjadi sementara, karena tewasnya Tuhan tidak diikuti dengan matinya hukum.

Polisi, jaksa dan para pengadil mungkin akan kewalahan di awal-awal terbitnya obituari Tuhan.

Penjara disesaki, namun sistem hukum dunia akan diperkuat dan mengalami super-modifikasi. Beban stabilitas moral masyarakat akan dibebankan total padanya.

Dengan kondisi runtuhnya moralitas yang selama ini disumbangakan agama, hukum akan menjadi sumber tunggal penunjuk arah tentang yang baik dan benar. Kericuhan pasca kematian Tuhan mungkin mereda pelan-pelan walau rasa senang dan kebebasan akan tetap bertahan lama di mana-mana. Euforia berakhirnya agama akan merubah dunia.

Penemuan akan semakin menjadi-jadi karena perhitungan nilai yang selama ini disumbangkan agama tidak lagi jadi halangan. Pemikir-pemikir besar, yang sebelumnya tertutupi rasa takut akan sanksi sosial akibat rasa ragu akan eksistensi Tuhan, mulai bermunculan dan melepas selubung kesakralan religius.

Kreasi ilmu pengetahuan akan membanjiri pemberitaan. Manusia dibebaskan dari tuntutan pahala dan dosa sejak tak ada lagi Tuhan yang melarang.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun