Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi platform yang tidak hanya digunakan untuk berbagi momen kehidupan sehari-hari, tetapi juga sebagai sarana untuk membagikan informasi, motivasi, dan bahkan ajakan untuk mengambil langkah besar dalam hidup. Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah masifnya ajakan para influencer media sosial untuk mencari kerja di luar negeri melalui tagar #Kaburajadulu. Tagar ini seakan menjadi gerbang bagi banyak orang untuk mempertimbangkan langkah besar: merantau ke negeri orang. Namun, apa sebenarnya yang mendorong para influencer ini begitu gencar mengampanyekan hal tersebut? Apakah ini sekadar tren, atau ada alasan yang lebih mendalam?
Fenomena #Kaburajadulu: Apa Itu?
#Kaburajadulu adalah tagar yang populer di media sosial, terutama Instagram, TikTok, dan Twitter. Tagar ini digunakan oleh para influencer untuk membagikan pengalaman mereka bekerja di luar negeri, mulai dari proses persiapan, tantangan yang dihadapi, hingga kesuksesan yang mereka raih. Tidak hanya sekadar berbagi cerita, para influencer ini juga sering memberikan tips, motivasi, dan bahkan bantuan konkret seperti informasi lowongan kerja atau cara mengurus dokumen.
Tagar ini seakan menjadi magnet bagi banyak orang, terutama generasi muda, yang merasa tertarik untuk mencoba peruntungan di luar negeri. Namun, di balik popularitasnya, ada beberapa faktor yang mendorong para influencer untuk begitu aktif mengampanyekan hal ini.
Faktor Ekonomi: Tingginya Tingkat Pengangguran dan Upah yang Lebih Menjanjikan di Luar Negeri
Salah satu alasan utama yang mendorong para influencer untuk mengajak orang-orang mencari kerja di luar negeri adalah kondisi ekonomi di dalam negeri. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2023, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 5,45%. Angka ini cukup tinggi, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia. Selain itu, upah minimum di Indonesia masih tergolong rendah, bahkan untuk standar regional.
Di sisi lain, bekerja di luar negeri, terutama di negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, atau Timur Tengah, menawarkan upah yang jauh lebih tinggi. Sebagai contoh, seorang pekerja migran di Jepang bisa mendapatkan gaji sekitar 10-15 juta rupiah per bulan, jauh lebih tinggi daripada upah minimum di Indonesia yang berkisar antara 2-4 juta rupiah, tergantung daerahnya. Para influencer sering kali menonjolkan perbedaan ini sebagai alasan utama mengapa mereka memilih untuk bekerja di luar negeri.
Faktor Sosial: Tekanan untuk Sukses dan Gaya Hidup yang Dipamerkan
Media sosial tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi informasi, tetapi juga menjadi panggung untuk memamerkan kesuksesan. Para influencer sering kali membagikan gaya hidup mewah yang mereka dapatkan setelah bekerja di luar negeri, mulai dari liburan ke destinasi eksotis, membeli barang-barang branded, hingga membangun rumah mewah untuk keluarga di Indonesia.
Hal ini menciptakan tekanan sosial tersendiri bagi banyak orang, terutama generasi muda, yang merasa harus mengikuti jejak mereka agar dianggap sukses. FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan menjadi salah satu pendorong kuat bagi banyak orang untuk mengikuti ajakan para influencer ini. Mereka merasa bahwa bekerja di luar negeri adalah jalan cepat untuk mencapai kesuksesan finansial dan status sosial yang lebih tinggi.