Mohon tunggu...
Ardhiani RegitaSukmaningtyas
Ardhiani RegitaSukmaningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa di Universitas Negeri Semarang, prodi Ilmu Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sosialisasi dan Pembuatan MPASI dari Tepung Daun Kelor oleh Mahasiswa KKN UNNES GIAT 2 di Desa Trucuk

6 September 2022   00:21 Diperbarui: 6 September 2022   00:26 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klaten -- Mencukupi kebutuhan gizi merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia, terutama pada balita. Kasus gizi buruk masih banyak terjadi di Indonesia yang mana dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan dari anak. Anak-anak yang memiliki riwayat gizi buruk dapat menyebabkan stunting yang merupakan kondisi gagal tumbuh pada bayi (0-11 bulan) dan pada balita (12-59 bulan) akibat kekurangan gizi yang kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi, seperti pola pengasuhan gizi yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan sang ibu mengenai kesehatan dan kebutuhan gizi sebelum masa kehamilan maupun setelah melahirkan.

Terlebih lagi pada saat ini banyak ibu-ibu muda yang cenderung mengabaikan ASI eksklusif untuk bayinya yang seharusnya harus terus diberikan kepada bayinya minimal 6 bulan setelah kelahiran. Oleh karena itu, bagi bayi yang telah menginjak usia lebih dari 6 bulan, diberikanlah makanan pendamping ASI atau MPASI sebagai penambah kebutuhan gizi serta nutrisi bayi, disesuaikan dengan kemampuan pencernaan bayi.

Demi mencukupi kebutuhan gizi dan nutrisi dari bayi, MPASI memiliki syarat-syarat utama yaitu makanan yang kaya akan gizi, dapat dengan mudah dicerna oleh bayi, menarik, menambah dan mennumbuhkan selera makan pada anak, tidak mengandung zat-zat berbahaya terutama pestisida, tidak mengandung gula dan garam dalam jumlah yang banyak, tidak mengandung penguat rasa, tidak mengandung rasa pedas, tidak terlalu asam atau pahit, dan mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau.

Untuk mengurangi dan melakukan pencegahan terhadap stunting pada masyarakat Desa Trucuk, Kecamatan Trucuk, Klaten, maka tim KKN UNNES GIAT 2 berupaya menggalakkan program unggulan yang diusung oleh UNNES yaitu cegah stunting pada masyarakat Indonesia. Program yang dibawa oleh tim KKN UNNES GIAT 2 di Desa Trucuk ini adalah memanfaatkan daun kelor yang banyak tumbuh dan ditanam oleh warga sebagai tanaman di pekarangan rumah.

Selaku penanggung jawab dari program kerja ini, Nita Siti Koiriyah menjelaskan bahwa "Daun kelor memiliki banyak manfaat yang sangat banyak. Dimana dalam daun kelor yang diolah menjadi tepung daun kelor memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi jika dibanding daun kelor. Sehingga tepung tersebut dapat diolah menjadi olahan yang disukai anak."

Dokpri
Dokpri

Daun kelor merupakan salah satu tanaman pagar di Indonesia yang sangat terkenal sebagai super food. Super food sendiri merupakan bahan makanan yang mengandung nilai gizi yang sangat tinggi kadar gizi dan nutrisinya, jika dibandingkan dengan bahan makanan lainnya. Selain itu daun kelor ini merupakan salah satu tanamana yang banyak dijumpai di pekarangan-pekarangan rumah karena penanaman serta pemeliharaan yang terbilang cukup mudah. Disamping itu, daun kelor mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin B6, kalsium, kalium, zat besi, dan protein. Jika dibandingkan dengan makanan lainnya, daun kelor memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Daun kelor mempunyai kandungan vitamin A lebih tinggi dari wortel yaitu 6,8 mg/100g sedangkan vitamin A wortel 1,8 mg/100g, kalsium daun kelor 440 mg/100g sedangkan kalsium susu 6,49 mg/100g, kalium daun kelor 259 mg/100 sedangkan kalium pisang 88 mg/100g, protein daun kelor 6,7 g/100g sedangkan protein yogurt 3,1 g/100g, vitamin C daun kelor 220 mg/100g sedangkan jeruk 30 mg/100g.

Tanaman kelor yang cukup banyak terdapat di Dukuh Kacar, Desa Trucuk memberikan ide bagi tim KKN UNNES GIAT 2 untuk melakukan pembuatan tepung yang berbahan dasar daun kelor. Tepung daun kelor ini merupakan salah satu bentuk bahan yang sangat banyak manfaat serta tinggi nilai gizinya. Oleh karena itu, demi mendukung program cegah stunting pada anak-anak, tim KKN UNNES GIAT 2 mencoba memanfaatkan daun kelor yang telah dibuat menjadi tepung dan menggunakannya menjadi MPASI.

Pembuatan tepung daun kelor terbilang cukup mudah dan dapat dipraktekkan oleh ibu rumah tangga di rumah masing-masing. Caranya yaitu dengan memetik daun kelor yang masih muda dari pucuk hingga daun ke-6, kemudian pisahkan dari tangkainya, dan cuci daun hingga bersih. Selanjutnya daun yang telah dipisahkan dari tangkainya dan telah dicuci bersih dapat dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 45C selama 24 jam, atau jika tidak memiliki oven dapat dikeringkan menggunakan panas sinar matahari sampai benar-benar kering. Setelah daun kelor mengering, dapat dilanjutkan dengan menghaluskan daun menggunakan blender selama 5 menit dengan kecepatan tinggi. Daun kelor yang telah menjadi serbuk kemudian diayak untuk memisahkan dari tulang daun dan tangkai yang masih tersisa, serta agar tepung yang dihasilkan benar-benar halus.

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun