Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Memupuk Akhlak Siswa Sejak Dini?

21 September 2022   16:59 Diperbarui: 10 Juni 2023   21:48 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernah kita mendengar kasus perundungan yang terjadi di lembaga pendidikan. Beberapa penyebabnya adalah; karena salah bergaul, mempunyai masalah di keluarganya, pengaruh buruk media sosial, tidak memiliki rasa peduli dan empati, kurangnya pengawasan orangtua, ada faktor balas dendam, dan atau kurangnya akhlak siswa.

Media sosial mempunyai peran besar dalam pembentukan karakter anak. Apalagi usia remaja yang lebih condong pada sifat meniru. Tidak mungkin guru sampai mengawasi media sosial siswa. Tentu dibutuhkan andil orangtua yang besar disini untuk ikut mengawasi perkembangan sang anak, khususnya ketika bermedia sosial.

Bukan berarti media sosial itu buruk seutuhnya. Tapi hendaknya siswa dapat memagari diri untuk tidak mengikuti tren yang merusak moral mereka. Bisa jadi perundungan yang dilakukan siswa itu bermula dari tontonan bullying yang mereka lihat dari media sosial.

Mengadakan banyak kegiatan sosial demi memupuk sifat peduli atau rasa empati siswa dapat dilakukan dengan melibatkan mereka langsung di dalamnya. Seperti mengutip sumbangan atas musibah yang dialami salah satu teman, atau membuat gerakan berinfak setiap pekannya. Dimana dana yang terkumpul akan disalurkan pada siswa yang kurang mampu.  

Berbicara tentang akhlak, ini erat kaitannya dengan penerapan ilmu agama. Menguatkan ilmu agama kepada siswa akan menekan tingkat perundungan di sekolah. Mengapa demikian? Karena perundungan juga dipicu oleh kurangnya serapan ilmu agama oleh siswa.

Apa itu akhlak? Secara bahasa, akhlak itu tingkah laku atau budi pekerti. Kalau begitu, tentu ada akhlak baik dan akhlak buruk. Tapi masyarakat menggolongkan kata "akhlak" ini untuk tingkah laku yang baik. 

Hal ini banyak terjadi pada keseharian. Acap kita mendengar orang berujar "anak ini tidak ada akhlaknya" ucapan yang ditujukan untuk orang yang bertingkah laku buruk.

Maka akhlak itu adalah penerapan ilmu agama. Ketika seorang perempuan yang sudah baligh, lalu ia menutup aurat dengan memakai kerudung atau hijab misalnya, maka itulah akhlak. Begitu juga seseorang yang sudah sampai umurnya dikenai kewajiban untuk mendirikan sholat, lalu iapun menunaikannya, maka itulah akhlak. 

Baik, maka seyogyanyalah seorang siswa itu berakhlak. Lalu, bagaimana menumbuhkan dan meningkatkan akhlak siswa? Dengan mengadakan atau menambah kegiatan keagamaan di sekolah. Seperti membuat kegiatan ekstrakurikuler tahfidz, dan praktek ibadah diluar jam pelajaran. Mengapa menjadikannya kegiatan ekstra? Karena jam pelajaran pendidikan agama hanya dua jam pelajaran saja perminggu. Itu sebabnya sekolah perlu menambahnya.

Atau sekolah mewajibkan membaca Al-Qur'an selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan harapan permulaan kegiatan ini dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar di sekolah berbuah keberkahan. 

Keberkahan itu bisa berwujud tenang dan tentramnya siswa menuntut ilmu di dalamnya. Tanpa terpicu melakukan hal-hal keji yang dapat mengganggu ketentraman teman lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun