Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagaimana Anda Melihat Peluang Usaha

12 Mei 2022   01:02 Diperbarui: 12 Mei 2022   01:23 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mempunyai usaha sendiri jauh lebih baik daripada bekerja pada orang lain. Selain bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, juga dapat mengatur sendiri proporsi kerja yang dimau. Untuk membuka usaha, baik jasa maupun dagang, tentu harus pandai melihat peluang. Siapa pangsa pasarnya? Apa yang paling mereka butuhkan? Apa yang menjadi kendala bagi mereka? Mungkin Anda termasuk orang yang mempertanyakan hal yang sama.

Berkaca dari pengalaman seorang pengusaha sukses, Chairul Tanjung, yang ia tuangkan dalam bukunya berjudul "Chairul Tanjung Si Anak Singkong", membaca peluang itu mudah. Bukan karena suatu kebetulan juga. Tapi karena memang ia melihat sebuah peluang besar di depan mata.

Ia seorang mahasiswa semester satu di fakultas kedokteran gigi Universitas Indonesia. Suatu hari dosennya mewajibkan mereka untuk mempunyai buku praktikum. Dimana penilaian nantinya akan diambil dari buku praktikum tersebut. Pada zamannya, menggandakan salinan dikenakan biaya dua puluh lima rupiah perlembarnya di toko fotokopi  dekat kampus.

Ia punya teman yang punya usaha fotokopi, iapun menanyakan harga untuk satu lembarnya? Temannya memberikan harga lima belas rupiah saja perlembar. Disinilah ia melihat peluang itu. Lalu ia mempromosikan kepada teman-temannya di kampus akan besaran biaya yang dikenakan untuk menggandakan tugas kuliah kepadanya, hanya dua puluh rupiah saja perlembar.

Tentu banyak teman-temannya yang mau, karena lebih murah. Mereka bisa menghemat lima rupiah perlembarnya. Kabar itupun tersebar bukan hanya pada mahasiswa seangkatan saja, namun mahasiswa seniorannya juga, sehingga ikut memakai jasanya untuk menggandakan tugas kuliah.

Bukan hanya dari kalangan mahasiswa saja, banyak dosen juga yang menggandakan diktat kepadanya. Lalu berkembang, lantas iapun minta izin pada pihak kampus untuk membuka usaha fotokopi di dalam kampus. Ia letakkan mesin fotokopi di bawah tangga, dimana tempat itu sering dilewati oleh mahasiswa keluar masuk kelas.

Iapun mempekerjakan orang, karena ia juga harus masuk kuliah. Sorenya ia hanya menagih setoran. Semakin berkembang, iapun membuka usaha fotokopi kedua, ketiga, dan seterusnya. Begitulah singkat ceritanya.

Banyak orang bilang untuk memulai usaha harus punya modal yang besar. Namun dari kisah sederhana ini, modal bukanlah hal utama yang harus ada. Melainkan sebuah peluang. Ya, peluang apa yang dapat diambil. Modal bisa di dapat setelah jalannya usaha.

Peka terhadap lingkungan sekitar menjadi skill yang harus Anda miliki. Arahkanlah tujuan itu semata untuk membantu, bukan hanya sekadar mencari keuntungan. Jika Anda ringan tangan dalam membantu sesama, maka banyak orang akan berbuat hal yang sama terhadap Anda.

Maka relasi menjadi penting. Dalam kisahnya yang selanjutnya, hingga ia menjadi pengusaha besar adalah masih adanya hubungan yang sangat baik dengan teman-temannya. Usaha satu ke usaha lainnya juga tak lepas dari kerjasama dengan temannya.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun