Mohon tunggu...
Ardhansyah PML
Ardhansyah PML Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Mahasiswa Fakultas Pertanian

Sedang belajar menulis,bahasa inggris dan berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bicara

5 Desember 2020   16:04 Diperbarui: 5 Desember 2020   16:12 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ibu,ini ada Won teman masa kecilku dulu,anaknya Om Makruf”. Wen berbicara kepada Ibunya sambil mendekatinya.

“Tante ini Aku Won”. Won mendekati Ibu Wen sambil mengulungkan tangannya untuk bersalaman.

“Wen kita kembali ke ruang tengah yuk,biar Ibuku Istirahat aja ya”. Wen mengajak Won.

“Iya Wen aku paham kok”. Won paham perkataan Wen.

“Ibu,Aku dan Won pergi dulu ya. Ibu baik-baik di sini kalau ada apa-apa panggil Wen ya”. Wen mencium kening Ibunya.

Tak ada satu patah kata pun yang terucap dari lisannya,Ibu Wen seperti wanita misterius yang hanya fokus memandangi suasana di luar jendela.

“Wen,kamu kok gak bilang dari tadi sih tentang ini. Udah berapa lama keadaan Ibumu seperti ini?. Tanya Won kepada Wen.

“Maaf ya Won aku gak bilang dari awal,soalnya Aku gak mau kamu tau tentang ini. Ibuku seperti ini kurang lebih sudah tiga bulan ini Won”. Jawab Wen dengan nada datar.

“Terus kamu gak bawa Ibumu ke Dokter gitu?”. Tanya Won kepada Wen.

“Belum Won,Aku ga pernah bawa Ibuku kemana-mana. Keluargaku juga gak ada yang tau”. Jawab Wen

Wen hanya tinggal berdua dengan Ibunya. Ayah Wen telah lama meninggalkan mereka semenjak Wen masih berusia 1 Tahun. Ayah Wen gugur dalam Operasi Satgas Rencong Nangroe Aceh Darussalam Tahun 2001. Sebagai anak tunggal Wen tinggal bersama Ibunya di rumah pemberian hasil Donasi rekan-rekan Ayahnya,setelah lama tidak tinggal di Asrama Batalyon. Ibu Wen mengidap depresi setelah ditinggal Ayah Wen karena gugur di medan tugas. Keadaannya bisa pulih sehat jika mengkonsumsi obat resep dari Dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun