Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyadari Ancaman Radikalisme di Kalangan Generasi Milenials

17 Juni 2023   22:01 Diperbarui: 17 Juni 2023   22:32 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

William Strauss dan Neil Howe, dua penulis Amerika mengenalkan istilah 'generasi milineal' pada 1987. Ini sebenarnya berangkat dari teori mereka yang menggambarkan adanya pengulangan siklus generasi di Amerika Serikat. Ia menyebutkan bahwa generasi ini lahir pada awal 1980-an, mulai mengenyam pendidikan prasekolah dan disebut-sebut sebagai generasi milenium baru ketika mereka lulus SMA pada 2000-an.

Generasi milenial, atau Generasi Y -- disebut juga Generasi Me atau Echo Boomers -- memang tidak bisa lepas dari gawai pintar dan media sosial. Dan teknologi telah menjadi salah satu ciri khasnya.

Korelasinya dengan dorongan untuk mencari jati diri dan ego -- predikat yang harus disandang oleh generasi yang individualistis, bahkan antisosial -- karena generasi milenial super aktif di dunia maya. Erik Erikson (1959) memiliki teori psikologi perkembangan bahwa rentang usia 16-30 tahun merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa matang yang ditandai dengan pembentukan peran dan identitas (Neil J Salkind, An Introduction to Theories of Human Development, 2004).

Adjie Suradji, University of Karachi, Pakistan (Kompas, 2017) menuliskan: Ketika dunia maya telah menjadi media pencarian jati diri, karakter, dan identitas bagi generasi milenial, kelompok radikal sekaligus memanfaatkan kesempatan untuk mengungkapkan ideologi dan keyakinannya. Hasilnya efektif.

Banyaknya anak muda yang teradikalisasi dan menjadi teroris merupakan potret keberhasilan rekrutmen melalui propaganda media sosial. Ahmed Omar Saeed Sheikh, 21 tahun, anak seorang pengusaha garmen di Inggris, memilih berjihad ke Bosnia (1994) daripada melanjutkan studi matematika dan ekonomi terapan di London School of Economics.

 Pelaku 10 pengeboman empat kereta di tiga stasiun pada 11 Maret 2004 di Madrid, Spanyol, yang menewaskan 191 orang dan melukai 2.000 lainnya, adalah pelajar yang belajar merakit bom di internet. Lalu pada 2006, Mohammed Atif Siddique, 21, dari Clackmannanshire, Glasgow, Inggris, ditangkap di Punjab, Pakistan, ketika dia hendak bertemu dengan Aabid Hussain Khan, seorang anggota sel teroris Toronto 18, sehubungan dengan rencana untuk menjadi seorang martir jihad pembom bunuh diri.

 Europol -- badan kepolisian khusus Uni Eropa (2016), yang berkantor pusat di Den Haag, Belanda -- mencatat adanya fenomena baru, bahwa teroris -- khususnya pelaku bom bunuh diri jihad -- didominasi oleh kaum muda dewasa, termasuk remaja putri. Pada 2017 adalah Salman Abedi, 22, pelaku ledakan bom 22 Mei di Manchester, Inggris, dan Moussa Oukabir, 18, yang disebut sebagai pelaku teror 17 Agustus di Barcelona, Spanyol.

 Generasi milenial memang sangat kreatif. Generasi ini dikenal tidak hanya sebagai generasi konsumtif dan generasi penggila internet, tetapi juga generasi yang inovatif. Di kalangan generasi milenial yang terpapar ajaran radikal, inovasi diterjemahkan sebagai kebebasan menentukan sasaran dan jenis senjata sebagai taktik dalam melakukan aksi teror yang diluncurkan secara individual dan tanpa melibatkan pihak lain.

Fenomena lone wolf seperti yang kerap terjadi, dengan segala kreativitas dan variasi aksi terornya, menyadarkan kita dan menjadi bukti bahwa generasi pencari jati diri telah dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk mengubah aset hidup yang berharga menjadi pembunuhan yang paling efektif namun berbiaya rendah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun