Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buang Amarah Agar Ramah Tak Punah

6 Juli 2019   12:25 Diperbarui: 6 Juli 2019   12:27 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop The Hate - easternshorepost.com

 Pernahkah diantara kalian marah? Pernahkah amarah itu membabi buta sampai akhirnya tak terkendali? Dan pernahkah kalian dirundung penyesalan yang tak berkesudahan karena tak bisa mengendalikan amarah itu? Ilustrasi ini bisa kita jadikan pembelajaran bersama di era milenial ini. Kenapa? Karena saat ini banyak sekali orang mudah marah, hanya karena dipicu oleh persoalan yang sepele. Banyak orang menghilangkan nyawa orang lain hanya karena persoalan suka tidak suka. Banyak pula yang menebar benci, hanya karena amarah yang tak terkendali.

Akibat dari tak terkendalinya marah, bibit kebencian terus ada dalam diri dan menyebar ke seluruh sendi masyarakat. Ketika amarah dan benci itu terus menyebar, maka bibit intoleransi akan mudah sekali menghampiri. 

Dan ketika intoleransi mampir dalam diri, disitulah bibit radikalisme akan mudah masuk. Radkalisme akan semakin kuat jika kita membiarkan diri menyerap informasi hoaks yang bernuansa kebencian. Lahirlah kemudian berbagai aksi terorisme di sekitar kita. Banyak pelaku teror mengaku melakukan hal itu karena terprovokasi propaganda radikalisme di media sosial, yang kemudian menggiringnya pada perilaku salah tersebut.

Memelihara amarah, jelas tidak ada gunanya. Jika tak bisa mengendalikan akan merugikan kita sendiri dan masyarakat sekitar. Karena amarah persoalan kecil menjadi besar. Karena amarah logika menjadi hilang. Karena amarah tidak pernah mendatangkan kebaikan. Amarah justru berujung pada perbuatan dosa dan bisa menodai agama. Aksi teror muncul salah satunya juga karena tak terkendalinya amarah para pelaku. Aksi pembunuhan, aksi persekusi, aksi saling caci jiuga muncul karena kita tak bisa mengendalikan amarah dalam diri.

 Karena amarah yang tak terkendali, akan menghilangkan karakter kita sebagai manusia. Setiap manusia diberi anugerah sikap yang ramah, murah senyum, saling menghargai dan tolong menolong antar sesama. Mari kita gunakan anugerah itu untuk bisa mengalahkan amarah. Jika kita tak bisa kendalikan amarah, maka keramahan yang menjadi anugerah itu pelan-pelan akan punah. 

Bayangkan, jika seluruh negeri ini diselimuti amarah. Bayangkan jika para elit politik selalu diselimuti amarah. Bayangkan jika guru-guru selalu diselimuti amarah. Bayangkan jika masyarakat bawah selalu diselimuti amarah. Negeri yang kaya dan tenteram ini tentu akan langsung berubah menjadi negeri yang penuh dengan konflik. Lalu, seperti inikah yang kita inginkan? Mari saling introspeksi dan mengendalikan diri.

Saat ini, media sosial banyak sekali diselimuti amarah yang berbentuk ujaran kebencian. Saling caci terus bermunculan dengan berbagai kepentingan. Apa yang terjadi di dunia maya, bisa dengan mudah akan terjadi di dunia nyata. Akibatnya, pertemanan bisa putus. Tali silaturahmi antar sesama bisa terganggu, hanya karena perbedaan. Dan jika ini terjadi, maka kerahaman benar-benar berpotensi punah. Karena itulah, mari kita saling mengendalikan amarah, baik di dunia maya ataupun dunia nyata. Karena mengendalikan amarah sejatinya jihad yang sesungguhnya di era milenial ini. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun