Mohon tunggu...
Andi Ramadhan
Andi Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis lepas di Kompasiana

Datang berlindung waktu susah dan senang. Tumpang berlindung waktu susah dan senang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Curhat: sakitnya hati bermain Point Blank

18 September 2010   18:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Huft... Setelah hampir seminggu tak menggerakkan mouse untuk memainkan game kesayangan Point Blank, akhirnya hari ini dapat saya lakukan. Dengan semangat, dengan khidmat Sayapun membeli voucher 30k satu lembar dan 10k satu lembar. Saat memulai permainan sih biasa aja, kami clan war bareng. Clan war ialah pertempuran yang dilakukan dengan kelompok lain. Namun ditengah permainan, clan kami kalah telak. Ternyata lawan dengan mudah mengetahui posisi kami dengan menggunakan wall hack. Sabar... Pindah ke public server, buset.. cheater merajai pertempuran. Kali ini Saya tak dapat menahan rasa marah dan hampir semua hewan di kebun binatangpun Saya sebut seraya menghentakkan mouse :( Entah sejak kapan mulanya cheater dalam permainanan game online Point Blank ini merebak. Walau game master atau GM telah menindak mereka, tetap saja masih ada cheater-cheater baru. Saya tak pasti, apakah hukuman banned masih dirasa kurang. Bayangkan, dengan menggunakan cheat mereka dapat dengan mudahnya membunuh lawan. Peluru yang tak habis, darah yang tak berkurang, pandangan transparan, bahkan hingga peluru yang dapat menembus tembok seperti menjadi hal yang umum. Curang menjadi biasa. Tapi masa sih GM tak dapat menutup celah bagi para cheater untuk merusak permainan ini? Rasanya menjadi aneh bila pencipta dan pengelola permainan tak dapat menutupi celah kerusakan produknya. Point Blank bukanlah permainan yang hanya dimainkan segelintir orang, diperkirakan ada jutaan kepala yang memainkan game ini di Indonesia. Gratis memang untuk memainkannya, tapi menjadi mahal ketika kita ingin dapatkan senjata lebih. Sudah berapa rupiah yang mereka peroleh dari voucher yang terjual? Pusing ngitungnya. Lalu apakah GM mau kehilangan pelanggan setianya hanya karena cheater-cheater tak berguna itu? Entahlah. Sakit hati memikirkannya, mending pindah ke Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun