Hari-hari ini publik lebih banyak mengingat Kulon Progo dengan bandaranya, Yogyakarta International Airport. Padahal, Kulon Progo memiliki banyak hal lainnya yang tidak kalah menarik untuk diperbincangkan, seperti misalnya kondisi pesisir selatannya yang sekaligus sebagai muara Sungai Bogowonto.
Kabupaten yang mengusung motto Kulon Progo Binangun tersebut memanfaatkan kondisi pesisirnya dengan konservasi hutan mangrove.
Bentangan pesisir Dusun Kadilangu hingga Dusun Pasir Mendit, sejak 2009, dikelola sebagai kawasan konservasi oleh Lembaga Pelestari Hutan Mangrove dan Pesisir Wana Tirta, yang anggotanya merupakan masyarakat setempat.
Saat ini, luasan hutan mangrove yang dikenal dengan sebutan Hutan Mangrove Wana Tirta tersebut sudah mencapai 25 hektar.
Bentangan wilayah pesisir yang berdekatan dengan muara Sungai Bogowonto sekaligus membentuk laguna--yang oleh masyarakat dipercaya sebagai anak Sungai Bogowonto--menjadikan Hutan Mangrove Wana Tirta ramah terhadap berbagai jenis mangrove sejati dan mangrove asosiasi.Â
Mangrove sejati adalah tumbuhan yang tumbuh pada wilayah pasang surut dan membentuk tegakan murni. Mangrove jenis ini jarang bergabung dengan tanaman darat. Jenis Mangrove sejati yang ada di Hutan Mangrove Wana Tirta meliputi Avicennia sp., Rhizopora sp., Sonneratia sp., Bruguiera sp., dan Acanthus sp.
Sedangkan mangrove asosiasi merupakan komponen mangrove yang dapat hidup di luar lingkungan mangrove, atau tidak secara langsung terkena pasang surut air laut.
Mangrove asosiasi yang ada di Hutan Mangrove Wana Tirta meliputi pandan laut, nipah, dan cemara udang. Berbagai jenis mangrove tersebut tumbuh dengan baik dan subur atas kegigihan tim Lembaga Pelestari Hutan Mangrove dan Pesisir Wana Tirta yang diketuai oleh Warso Suwito.
Sekalipun telah berusia senja, Warso Suwito yang akrab dipanggil dengan sebutan Mbah Warso masih memiliki semangat yang membara untuk menjaga kondisi pesisir Kulon Progo tetap lestari. Komitmen tersebut terbukti ketika ia dan tim Wana Tirta tetap mengedepankan konservasi hutan mangrove dengan fokus terhadap pembibitan, penanaman, dan perawatan mangrove hingga hari ini yang telah berjalan sepanjang 12 tahun.Â
Padahal, dalam perjalanannya merawat Wana Tirta, Mbah Warso dan timnya sering menemui tantangan besar. Bukan sekedar tantangan dari faktor alam, tetapi justru tantangan dari pihak-pihak yang ingin mengeksploitasi Hutan Mangrove Wana Tirta dengan pembangunan fasilitas pariwisata yang mengesampingkan konservasi.
Sejak 2009 hingga hari ini, Lembaga Pelestari Hutan Mangrove dan Pesisir Wana Tirta tidak goyah untuk mengutamakan konservasi hutan mangrove dengan tujuan kelestarian alam. Mereka tidak menebang pohon mangrove hanya untuk digantikan dengan spot foto. Ketika semakin dikenal oleh publik, Wana Tirta tetap konsisten menanam mangrove dan terus fokus meningkatkan kualitas perawatan hutan mangrove.Â