Mohon tunggu...
Arden Gabrian
Arden Gabrian Mohon Tunggu... Jurnalis - wolololololo

wololololololo

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Isu Kedokteran, Dampak Kopi terhadap Kesehatan

19 Agustus 2019   23:31 Diperbarui: 19 Agustus 2019   23:37 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh Arden Gabrian

Kopi merupakan salah satu minuman paling populer di kalangan masyarakat Indonesia. Ada yang mengonsumsi kopi karena menyukai rasanya, dan ada pula yang hanya mengonsumsi kopi untuk mendapat tambahan energi untuk bekerja. Minuman yang terbuat dari biji kopi yang dibakar dan diseduh ini dikonsumsi oleh banyak orang di berbagai kalangan, namun banyak juga orang yang menghindarinya sama sekali.

Selain karena rasanya yang pahit dan hanya disukai oleh sebagian orang, alasan masih banyak orang yang menghindari kopi adalah karena masih banyak mitos yang menyeramkan mengenai dampak konsumsi kopi terhadap kesehatan tubuh. Contoh mitos-mitos ini adalah kopi membuat orang terjerumus dalam adiksi, kopi membuat sakit jantung, tinggi kolesterol, dan membuat janin mudah gugur. Mitos-mitos ini masih umum beredar dan banyak dipercayai walaupun ada banyak penelitian yang sudah meneliti efek kopi terhadap tubuh secara ekstensif.

Kurangnya pengetahuan masyarakat yang jelas mengenai dampak kopi terhadap kesehatan membuat mereka berdebat mengenai dampak baik dan buruk kopi tanpa dasar yang jelas. Padahal, banyak penelitian yang sudah memberikan konklusi mengenai dampak-dampak konsumsi kopi terhadap kesehatan, baik yang menguntungkan maupun yang membahayakan.

Sebelum mendiskusikan dampak baik dan buruk konsumsi kopi bagi kesehatan di jangka panjang, pertama kita harus mengerti mengenai dampak langsung kopi terhadap tubuh. Efek langsung kopi yang harus dimengerti adalah efek mengurangi rasa kantuk dan lelah. Dampak langsung ini disebabkan oleh kafein yang terkandung dalam kopi dengan mekanisme yang penting untuk dimengerti.

Ketika seseorang masih terbangun, neuron dalam otaknya bekerja dan memproduksi senyawa adenosin sebagai produk samping. Adenosin yang dihasilkan secara terus menerus diukur kadarnya oleh sistem saraf menggunakan reseptor spesifik. Ketika reseptor adenosin mendeteksi bahwa kadar adenosin dalam tubuh sudah serendah suatu nilai tertentu, reseptor akan memberikan sinyal kepada tubuh untuk mulai bersiap untuk tidur. Salah satu respon yang dapat dirasakan adalah rasa kantuk yang timbul.[1]

Kafein dapat mengganggu sistem yang sudah dirancang untuk mengatur siklus kantuk dan tidur di tubuh kita. Kafein yang masuk ke dalam tubuh seperti melalui kopi dapat bekerja seperti adenosin dalam menempel ke reseptor adenosin. Akibatnya, sistem saraf tubuh mendeteksi bahwa kadar adenosin masih tinggi sehingga tidak memberikan sinyal kepada tubuh untuk bersiap tidur. Oleh karena itu, rasa kantuk tidak muncul sampai kadar kafein menurun lagi dan kadar adenosin yang sesungguhnya dapat diukur.[1]

Hilangnya rasa kantuk setelah meminum kopi merupakan akibat dari kafein yang menipu sistem saraf untuk tidak menimbulkan kantuk, bukan karena kafein memberikan energi tambahan yang dapat dipakai tubuh. Konsumsi kafein tidak dapat membayar kekurangan waktu tidur. Lama efek kafein biasanya sekitar lima sampai enam jam, tetapi dapat bertahan dalam tubuh sangat tergantung dari toleransi, genetika, dan faktor-faktor lain sehingga berbeda untuk setiap orang.[1,2]

Keuntungan konsumsi kopi terhadap kesehatan

Kopi ditemukan dapat membantu mengurangi risiko diabetes tipe 2. Peneliti dari University of California Los Angeles atau UCLA dalam suatu studi menunjukkan bahwa konsumsi kopi membantu mengatur kadar hormon yang berpotensi menyebabkan diabetes tipe 2.  Selain itu, studi lain yang diterbitkan oleh peneliti dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa orang yang meminum lebih dari satu gelas kopi per hari dapat mengurangi risiko diabetes sebesar 11%.[3] Penelitian yang mengobservasi 14 ribu orang di Finlandia menemukan bahwa konsumsi tiga sampai empat gelas kopi setiap hari menurunkan risiko diabetes sebanyak 29% untuk wanita dan 27% untuk pria. Mereka menduga bahwa hal ini akibat antioksidan dalm kopi yang membantu mentransportasikan insulin ke dalam jaringan tubuh.[4]

Konsumsi kopi dapat mengurangi risiko seseorang terkena penyakit Parkinson. Menurut suatu penelitian dari Honolulu Heart Program, konsumsi kopi atau kafein yang tinggi seringkali berhubungan langsung dengan risiko penyakit Parkinson yang rendah bagi seseorang konsumen kopi. Selain itu, kopi dapat mengontrol kejang-kejang dan tremor akibat penyakit Parkinson.[3] Peneliti di Hawaii juga mengobservasi delapan ribu orang selama 30 tahun dan menemukan bahwa mereka yang meminum segelas kopi setiap hari memiliki tingkat insidensi Parkinson setengah dari yang tidak mengonsumsi kopi. Hal ini diduga karena kafein mendorong pelepasan dopamine, senyawa yang diperlukan untuk pergerakan dan biasanya kekurangan dalam tubh penderita penyakit Parkinson.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun