Mohon tunggu...
Ardanmarua
Ardanmarua Mohon Tunggu... Freelancer - Warga Negara Indonesia

Pecinta damai, pembenci perbudakan atas nama apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Biarkan Apa dan Siapa pun Mencuri Ceria dan Usia Anak Kita

26 Agustus 2019   17:17 Diperbarui: 13 September 2019   05:02 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ceria anak (Sumber Instagram:@nadegggdatut)

"Nak, kamu akan melampaui pangkuanku, tetapi tidak pernah hatiku."


Kutipan itu, saya lupa membacanya kapan dan di mana. Yang pasti, selalu nyaring terdengar di benak setiap kali saya merindukan sosok orang tua, manusia yang tak henti hentinya mengalirkan kasih ke dalam kehidupan saya.

"Bu, Pa, kalianlah alasan jasadku berdiri tegar dan mulutku fasih bicara. I love you Bu, Pa."

Saya percaya setiap orang tua di kolong langit ini tak sabar menanti anaknya tumbuh dewasa dan mengucapkan kalimat itu padanya disertai tatapan lembut penuh lekat. Bahagia tak terhingga pun seketika ia rasakan mengalir ke sekujur tubuh dan seluruh sisi kehidupannya.

Sayangnya, tak semua anak berkesempatan tumbuh dewasa dan mengutarakan kalimat itu. Pasalnya, lingkungan yang tak sehat acap kali memberinya penyakit, merintangi langkahnya ke arah itu; tumbuh dewasa, ceria, dan bilang I Love You pada orang tuanya. Pneomonia, misalnya, satu dari sekian ribu penyakit yang senantiasa mengitari, menimbang-nimbang waktu kita lengah untuk menyusup ke dalam tubuh anak-anak kita.

Pneomonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru. Pneomonia pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri seperti Streptococcus, virus syncytial, Haemophilus influenzae tipe b (Hib),dan pada bayi yang terinfeksi HIV, Pneumocystis jiroveci adalah salah satu penyebab yang paling umum.

Meskipun Pneomonia adalah bahaya umum, penyakit umat manusia, bisa menimpa siapa saja, tapi anak-anaklah yang paling rentan mengalaminya manakala orang tua tidak benar-benar menjaga pola laku dan lingkungan hidup. Karena tubuh setiap anak pada umumnya belum kuat bekerja dengan baik untuk melindungi dirinya sendiri dari serangan mara bahaya.

Menurut data World Health Organization (WHO), Pneomonia turut menyumbang 15%, menjadi sebab, dari semua kematian anak di bawah usia 5 tahun, yang menewaskan 808.694 anak mungil-lucu pada tahun 2017. Sedangkan menurut Pneomonia Centenary Commitment (PCC), jika tidak dicegah, Pneomonia akan membunuh 11 juta anak di tahun 2030.

Virus dan bakteri ini pada umumnya ditemukan di tenggorokan. Pneomonia dapat menyebar melalui tetesan yang terkandung dalam udara dari bersin dan batuk-batuk. Selain itu juga Pneomonia dapat menyebar melalui dan terutama sejak dalam proses kehamilan dan setelah lahir. Pada poin ini, pemahaman serta peran kedua orang tua menjadi faktor utama, yang sangat penting dalam menentukan tumbuh sehat anak.

Memelihara usia dan keceriaan anak sangat dibutuhkan kesepahaman antara kedua orang tua untuk sama-sama berperan aktif menjaga sang anak sesuai peran masing-masing—peran yang perlu ditentukan secara bersama, bukan pinta satu orang saja, melainkan sepasang orang tua anak.

Perlunya antara orang tua untuk saling ingat mengingatkan bahwa ASI esklusif 6 bulan, imunisasi lengkap, kecukupan gizi, lingkungan bebas asap rokok, ketepatan waktu kehamilan, membangun kelekatan dan memperhatikan tumbuh kembang adalah keharusan untuk diberikan kepada kehidupan sang anak.

Sampai di sini, pikiran saya tiba-tiba terbawa pada perkataan orang-orang tua dulu, bahwa menikah tak cukup hanya dengan cinta—diperlukan kematangan jiwa, tekad, dan pemahaman mendalam yang melempaui hal-hal yang kasat mata. Karena "setengah hati tidak akan mencapai keagungan", kata Rumi.

Nyatanya begitulah semestinya cinta berpangkal, hidup menyemai bakti kasih dalam keceriaan, tumbuh sehat, dan bahagia sang anak. Kendati hal ini dalam realitasnya masih jauh dari idealnya, berusaha menuju baik adalah baik. Tak ada kerugian di dalamnya.

Orang tua yang benar-benar sejatinya orang tua akan berpikir seribu bahkan jutaan bahkan triliyunan kali untuk mengabaikan anaknya. Terutama seorang ibu, pasalnya melahirkan bukanlah perkara tanpa rasa sakit. Walaupun demikian, cintanya pada anaknya diberikan ikhlas seikhlas-ikhlasnya, tanpa peduli bagaimana dulu ia mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan sang anak.

Saat saya menuliskan tulisan ini status saya masih sebagai seorang anak. Perspektif tulisan ini adalah perspektif seorang anak. Tapi tak menutup kemungkinan seorang anak bisa berpandangan seolah-olah pandangan orang tua. Toh, masa depan menjanjikan saya kesempatan menjadi seorang ayah—ayah yang senantiasa berusaha memberikan yang terbaikan pada sang anak, meski bayarannya adalah nyawa sendiri.

Dengan demikian, Pnemonia harus kita lawan. Bukan cuma Pnemonia saja, penyakit dan apa pun yang membahayakan kelangsungan hidup sang anak harus dilawan dengan gigih. Karena kesehatan dan kebahagiaan sang anak layak, bukan cuma layak saja tapi wajib, tuk diperjuangkan.

Ingat selalu bahwa hidup itu adalah seni. Atur dengan teratur. Karena mereka yang menghidupkan tidak akan mati; dan yang bahagia adalah mereka yang membahagiakan; dan yang berumur panjang hannyalah mereka yang pandai menjaga dimensi kehidupan tetap harmonis.

Terakhir, mewakili seluruh anak di atas bumi, kepada seluruh orang tua yang dari detik ke detik tak putus-putusnya memberikan yang terbaik untuk anaknya, menjaga buah hati dengan hati yang berhati-hati menjaga hati, saya ucapkan: I love you so much, seisi semesta sangat mencintaimu. Jangan cemas kematian, umur hidupmu berlanjut melalui kami, sang anakmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun