Mohon tunggu...
Ardalena Romantika
Ardalena Romantika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Merupakan pribadi yang amat senang bertukar cerita, pengalaman, dan hal baru dengan semua orang dari berbagai latar belakang. Saya percaya bahwa dengan mengaktualisasikan diri melalui pertukaran dan eksplorasi ide dengan orang lain, akan tercipta ruang kebebasan berekspresi dan kesetaraan bagi setiap manusia. Jadi, mari kita saling berbagi gagasan dan berekspresi bersama!.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sosial-Humaniora di Era Revolusi Industri 4.0: Relevan atau Basi?

7 Januari 2021   18:55 Diperbarui: 7 Januari 2021   19:07 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: engineersjournal.ie 

Istilah "Revolusi industri 4.0" sudah tidak asing lagi di telinga kita. Berbagai media massa membahas mengenai bagaimana dunia akan berubah secara pesat berkat teknologi yang semakin maju. Orang-orang berlomba-lomba menggali skill apa saja yang wajib mereka kuasai untuk menyambut era ini.

Revolusi Industri 4.0 akan menimbulkan perubahan cara hidup dan cara kerja manusia dengan mengintegrasikan dunia fisik, digital, dan biologis menjadi suatu terobosan teknologi baru. Produk-produk hasil revolusi industri 4.0 yang paling diagungkan diantaranya adalah teknologi nano, artificial intelligence, internet of things, machine learning,  cloud computing, robot, dan bioteknologi. 

Di tengah pandemi covid ini, revolusi industri 4.0 terlihat semakin nyata dengan semakin ramainya penggunaan aplikasi virtual untuk berbagai kepentingan, misalnya telemedicine, crowdfunding, dan berbelanja.

Melihat realita diatas, sangat masuk akal apabila kita mengatakan bahwa ilmu-ilmu eksakta menjadi pioneer bagi Revolusi Industri 4.0. Orang-orang akan langsung diarahkan untuk belajar mengenai big data, data mining, coding, dan bidang-bidang lain yang bersinggungan dengan ilmu eksakta karena bidang-bidang inilah yang dianggap paling dibutuhkan untuk bersaing di era Revolusi Industri 4.0.

 Lalu bagaimana nasib ilmu sosial dan humaniora?. Pada dasarnya, dunia yang terus berkembang ini selalu membutuhkan ilmu sosial dan humaniora. Namun perkembangan ilmu alam dan ekstakta jauh lebih cepat dan signifikan. 

Daripada memikirkan teori-teori yang sifatnya filosofis maupun berdebat tentang suatu hal yang kurang menghasilkan uang, orang lebih terpacu untuk menciptakan sesuatu yang dapat mempermudah hidupnya dengan memanfaatkan ilmu-ilmu pasti dan data. 

Akibatnya, dalam sekejap dunia berubah menjadi dipenuhi data kuantitatif. Hal ini menempatkan orang-orang yang berada di bidang sosial dan humaniora dalam posisi seolah hanya menebarkan teori, aktif berkomentar, dan mengkritik tanpa mampu menghasilkan apa-apa.

Untuk ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, psikologi, dan sosiologi mungkin masih dapat bernapas lega karena keduanya mempunyai korelasi langsung dengan Revolusi Industri 4.0. Ilmu ekonomi menjadi landasan bagi Revolusi Industri 4.0 dalam menyusun strategi yang efektif bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan manufaktur. 

Kedua ilmu ini secara nyata dapat berdampingan dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan dan kewirausahaan melalui teknologi produksi yang efektif. Dapat disimpulkan keduanya bertalian erat karena Revolusi Industri 4.0 banyak diarahkan untuk memajukan sektor ekonomi. Sedangkan ilmu psikologi dan sosiologi tidak akan ada matinya karena berkorelasi langsung dengan kondisi manusia.

Demikian pula dengan ilmu hukum yang sifatnya sui generis. Ilmu hukum akan tetap dibutuhkan dalam rangka pembuatan kebijakan dalam pemanfaatan teknologi. Namun tetap saja, tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan tenaga kerja dari bidang ilmu sosial jumlahnya jauh lebih sedikit daripada dari bidang ilmu alam dan eksakta. Hal ini membuat eksistensi ilmu-ilmu ini dipandang sebelah mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun