Mohon tunggu...
www.ArdaDinata.com
www.ArdaDinata.com Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Peneliti, Penulis dan Blogger

Pengasuh Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, blogger, dan penulis lepas. Minatnya dalam bidang motivasi, pendidikan, keluarga, psikologi, kesehatan, lingkungan hidup, dan jurnalistik. Kegiatan harian, selain membaca dan menulis, juga tercatat sebagai seorang PNS di Loka Litbangkes Pangandaran, Balitbangkes Kementerian Kesehatan R.I. \r\nhttps://www.ArdaDinata.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Makanan Pembawa Berkah

27 Oktober 2010   01:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Agar makanan yang halal dan thoyyib itu dapat berfungsi dengan baik bagi kehidupan manusia maka selain memperhatikan sumber kehalalannya, juga makanan harus enak rasanya, bersih, sehat, memenuhi nilai gizi yang cukup, serta mudah dicerna dan diserap tubuh.

Makanan Pembawa Berkah Oleh Arda Dinata MAKANAN dan minuman merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kondisi makanan dan minuman yang memenuhi gizi, mempunyai bentuk yang menarik, dan aman dalam arti tidak mengandung kuman serta bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit, belumlah cukup bagi seorang Muslim. Sebab, makanan dan minuman tersebut tidak akan menambah kesehatan dan kebaikan bagi tubuh dan jiwa manusia bila tidak disertai faktor halal. Itulah sebabnya di dalam Alquran, kita diperintahkan oleh Allah untuk memakan makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepada setiap manusia. (QS. Al-Baqarah: 88). Memang tidak dapat dipungkiri, realitasnya saat ini telah banyak beredar berbagai makanan yang memiliki kondisi: baik dan halal; baik tapi tidak halal; dan atau sama sekali tidak baik maupun tidak halal. Untuk itu, bagi setiap muslim dalam mengkonsumsi makanan yang harus diingat adalah pada pegangan dua prinsip, berupa halal dan thoyyib. Halal dan thoyyib, menurut Anton Apriyantono, dosen pangan dan gizi IPB serta Pembina Yayasan Halalan Thoyyiban, adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Thoyyib di sini berarti baik, baik dari segi gizi maupun keamanannya. Makanan yang halal pasti thoyyib. Sementara, jika makanan itu tidak thoyyib maka sudah tentu tidak halal. Contohnya, daging ayam yang disembeleih secara Islami dan masih segar adalah halal. Tetapi, jika daging ayam tersebut sudah membusuk (misalnya karena terlalu lama disimpan di suhu ruangan), maka daging itu tidak thoyyib. Meskipun daging itu disembelih secara Islami. Jika daging ayam ini dipaksakan untuk dimakan maka akan menyebabkan sakit, itulah sebabnya mengapa menjadi tidak halal. Demikian halnya jika suatu bahan pangan dapat meracuni tubuh maka bahan pangan itu juga tidak halal. Misalnya, dengan kasus daging ayam yang terkena virus flu burung, tentu walaupun disembelih secara Islami, namun karena ia tidak baik (sakit), maka menjadi tidak halal. Namun demikian, ketidak-thoyyib-an ini menurut Quraish Shihab, bisa bersifat individual. Beberapa jenis makanan tertentu yang thoyyib bagi seseorang. Misalnya, udang. Meskipun udang halal, namun pada beberapa individu udang dapat menimbulkan reaksi alergi sehingga tidak thoyyib. Di sini, yang jelas agar makanan yang halal dan thoyyib itu dapat berfungsi dengan baik bagi kehidupan manusia maka selain memperhatikan sumber kehalalannya, juga makanan harus enak rasanya, bersih, sehat, memenuhi nilai gizi yang cukup, serta mudah dicerna dan diserap tubuh. Dalam hal ini, setiap makanan bila ditekankan dari fungsinya maka paling tidak harus memenuhi dua fungsi dari tiga fungsi berikut, yaitu memberikan panas dan tenaga kepada tubuh. Membangun jaringan-jaringan tubuh baru, memelihara dan memperbaiki yang tua. Mengatur proses-proses alamiah, kimiawi atau faali dalam tubuh. Jadi, kita mesti ingat bahwa makanan yang thoyyib belum tentu halal. Sehingga patut dicatat bahwa mengkonsumsi makanan dan minuman halal tidak hanya berarti bagi kesehatan dan kebaikan tubuh semata-mata, tetapi juga berarti bagi keberkahan kehidupan manusia itu sendiri. Tepatnya, halal tidaknya apa-apa yang kita konsumsi akan berpengaruh pada dikabulkan atau tidaknya doa kita. Rasulullah Saw. bersabda: Perbaikilah makanmu, maka Allah akan mengabulkan doamu. (HR. Ath-Thabrani). Wallahu’alam.@

Penulis adalah Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

Artikel ini dipersembahan oleh:

MIQRA INDONESIA | Facebook

MIQRA INDONESIA, sebuah komunitas yang berusaha selalu belajar mengembangkan diri melalui INSPIRASI KECERDASAN HATI. Tulisan-tulisan di blog ini merupakan catatan tentang berbagai inspirasi yang telah dikembangkan menjadi tulisan sederhana dengan berusaha memasukan hikmah di dalamnya. Sahabat KOMPASIANER silahkan memberi komentar dan masukan atas apapun tentang isi tulisan di blog ini. Saya tunggu komentarnya sekarang juga ya...!!! Salam inspirasi dan sukses selalu buat Anda.

< HOME | EBOOK GRATIS | PROFIL ARDA >

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun