Proses yang satu ini juga tak kalah merampas waktu belajar yang cukup banyak lagi karena membuat program kerja harus dipikirkan secara matang mulai dari pelaksanaan, tantangan dan evaluasinya.
Belum lagi jika pihak sekolah menghendaki calon ketua OSIS tersebut menyajikannya dalam bentuk slide dan dipresentasikan di depan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang boleh dibilang kaki tangan sekolah ini, banyak waktu lagi akan terkuras.
Beriringan dengan dua tahapan di atas, selayaknya mencari seorang pemimpin, sekolah-sekolah juga menerapkan adanya pemilihan ketua OSIS dengan cara pencoblosan.
Cara seperti ini juga menjadi PR lagi bagi calon ketua OSIS untuk mencari dukungan dengan cara kampanye.
Untuk mencari suara sebanyak-banyaknya para calon ketua OSIS harus melakukan pendekatan terhadap orang-orang atau kelompok-kelompok dengan harapan suara mereka akan jatuh kepadanya.Â
Dengan pemaparan program kerja, visi dan misi mereka harus bisa meyakinkan para pemilih agar tertarik untuk mencoblosnya.
Setelah semua runtutan seleksi dirasa cukup, kini datanglah hari pencoblosan.
Hari pencoblosan tidak musti menjadi hari bebas pelajaran bagi peserta didik di sekolah itu. Hanyalah calon ketua OSIS dan panitia pencoblosan yang diizinkan untuk tidak mengikuti pelajaran.
Ya, mereka mau tidak mau akan ketinggalan pelajaran lagi. Begitulah pengorbanan yang harus ditempuh oleh OSIS. Entah calon ketua, pengurus maupun alumninya.
Itu baru pencalonan, belum lagi jika terpilih menjadi ketua OSIS, maka tugasnya sangatlah berat seperti apa yang sudah saja singgung diatas.
Ketua OSIS merupakan pemimpin segalanya yang menyangkut dengan siswa. Seperti halnya kegiatan sekolah.