Mohon tunggu...
Dr Akhmad Aflaha SE MM
Dr Akhmad Aflaha SE MM Mohon Tunggu... Dosen

Akademisi, penulis, dan praktisi pendidikan yang dikenal melalui karya-karyanya di bidang pengembangan karakter, manajemen strategik, dan pemberdayaan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Bukan Arena Kekerasan: Mengapa Perundungan Masih Merajalela?

22 Juli 2025   18:35 Diperbarui: 22 Juli 2025   18:57 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Dr. Akhmad Aflaha, S.E., M.M.

“Dia hanya ingin belajar. Tapi setiap hari, dia belajar satu hal lebih dulu: bertahan dari ejekan dan pukulan teman-temannya.”

Kalimat ini mungkin terasa dramatis, tapi sayangnya sangat nyata di dunia pendidikan kita. Perundungan (bullying) bukan cerita baru di sekolah, tetapi hingga hari ini ia masih menjadi luka lama yang terus berdarah.

Kenapa Perundungan Tak Kunjung Hilang dari Dunia Pendidikan?

Setiap tahun, ada puluhan hingga ratusan kasus perundungan yang mencuat ke publik. Sisanya? Tenggelam bersama luka batin para korbannya. Padahal sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman, tempat membangun mimpi, bukan tempat mencetak trauma.

Namun faktanya, kekerasan fisik, verbal, hingga sosial terus terjadi—bahkan kini merambah ke ranah digital (cyberbullying). Dalam ruang kelas, lorong sekolah, hingga grup WhatsApp, perundungan punya banyak wajah dan tidak pandang usia.

Akar Masalahnya Lebih Dalam dari Sekadar “Bercanda”

Budaya yang Keliru

Di banyak sekolah, kalimat seperti “ah, biasa aja itu mah... cuma main-main,” atau “kan cuma candaan,” menjadi justifikasi untuk kekerasan yang terselubung. Kita terlalu sering mentoleransi kekerasan yang dibungkus tawa.

Lebih parah lagi jika kekerasan justru dibenarkan atas nama senioritas: “dulu saya juga digituin, sekarang giliran saya.” Ini adalah pola siklus kekerasan yang diwariskan, bukan pendidikan karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun