Mohon tunggu...
Adeng Septi Irawan
Adeng Septi Irawan Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis adalah seorang pemerhati dunia junalistik, komunikasi, hukum, birokrasi, dan sastra. bisa dihubungi di email irawan_34@yahoo.com

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Omah Munir: Saksi Bisu Penegakkan HAM

12 April 2015   11:59 Diperbarui: 14 Januari 2020   21:33 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                           

Beberapa hari yang lalu tepatnya hari sabtu tanggal 7 Maret 2015 Aliansi Mahasiswa Bidik Misi (AMBISI) mengadakan cangkrukan ilmiah dengan lokasi tujuan Museum HAM (Omah Munir) Batu Malang. Agenda ini merupakan program kerja pengurus divisi PSDM AMBISI. Kami berangkat dari Surabaya pukul 08.00 pagi dan kemungkinan sampai lokasi pada pukul 11.00. Sepanjang perjalanan kami saling berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa bidik misi, baik angkatan 2014, 2013, atau 2012. Pemandangan yang indah senantiasa menyapa kami dari luar bus silih berganti.

Tak terasa kami telah sampai di Museum HAM (Omah Munir) di Jalan Bukit Berbunga no. 2 RT 04 RW 07 Sidomulyo, Kota Batu Jawa Timur. Setelah bus diparkir di depan museum, kami segera turun dan langsung masuk ke dalam area halaman museum. Seorang petugas museum yang bernama Ibu Salma mempersilahkan kepada kami untuk mengisi daftar hadir sebelum masuk. Sesuai kesepakatan antara pengurus AMBISI dengan pihak Museum bahwa akan diadakan sekolah Advokasi yang akan diisi oleh Ibu Salma. 

Banyak sekali teman-teman bidik misi UIN Sunan Ampel yang tengah asyik melihat-lihat koleksi Museum HAM. Beberapa diantaranya, yaitu pakaian dan atribut Munir, Sepak terjang Munir yang digambarkan dengan visualisasi musik, serta penghargaan-penghargaan munir selama menjadi seorang aktivis HAM. Dalam hati mungkin bertanya-tanya, Siapakah Munir? Dan apa kiprahnya dalam bidang advokasi hukum di Indonesia?. 

Munir Said Thalib adalah seorang anak laki-laki yang dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1965 di kota Batu. Ia adalah seorang aktivis pejuang HAM pada era orde baru. Karirnya dimulai ketika bergabung dengan LBH (Lembaga Bantuan Hukum) dan mendirikan Kontras (Komisi Orang Hilang dan Korban Kekerasan). Ia meninggal lantaran diracun oleh oknum pilot Garuda yang bernama Pollycarpus, ketika melakukan perjalanan menuju Amsterdam Belanda. 

Aksi heroik Munir dalam penegakan HAM di tanah air sangatlah besar. Sehingga tak heran jika diantara kami ada yang mengidolakan sosok Munir. Pribadi yang penuh dengan kesederhanan dan memiliki visi penegakan HAM. Kami merasakan siss perjuangan Munir dalam setiap benda yang ditinggalkannya. Semangat perubahan yang menyala untuk menegakkan HAM seolah hadir dalam Museum yang dibangun tahun lalu ini oleh para pemerhati Hak Asasi Manusia. 

Setelah cukup lama menyaksikan peninggalan munir, kami segera menuju ruang diskusi untuk segera memulai sekolah advokasi dengan pemateri Ibu Salma, petugas Museum yang juga adik kelas Munir ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Sayangnya, kami tidak bisa menemui Ibu Suciwati, istri almarhum, karena beliau sedang ada acara di India. Tetapi tak apalah, yang terpenting adalah esensi dari sekolah advokasi ini.Selama dua jam kami dibimbing oleh Petugas Museum terkait sosok Munir beserta perjuangannya. Melalui sebuah LCD kami mengamati setiap tulisan yang disajikan oleh pemateri. Pertanyaan demi pertanyaan muncul seolah memberikan nuansa rasa ingin tahu yang besar dari para peserta advokasi yang tak lain adalah mahasiswa Bidik Misi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kami merasa bahwa Museum Ham (Omah Munir) perlu diketahui oleh dunia luar. Mengingat bahwa sang Pejuang HAM terlahir di tempat ini. Tentunya kehadiran Museum ini sebagai sarana untuk mengenang setiap sepak terjang Munir selama hidupnya. Sehingga Jangan sampai generasi muda era sekarang melupakan setiap perjuangannnya. Nilai yang terkandung dalam Museum ini, sangatlah besar sebagai penyemangat bagi pemuda-pemudi untuk berjuang dalam menegakkan kebenaran dan keadilan di tanah air. 

Pemerintah Kota tentunya harus mulai melakukan sosialisasi tentang Museum HAM (Omah Munir) agar diketahui oleh Khalayak ramai. Mengingat jasa seorang pahlawan takkan berarti jika tidak mampu menjadi teladan bagi generasi muda mendatang. Penataan sekaligus pengembangan Museum HAM tentu menjadi prioritas utama dalam kinerjanya. 

Setelah selesai melaksanakan sekolah advokasi dan kunjungan di Museum HAM, Kami mahasiswa bidik misi menyempatkan diri untuk berfoto dengan petugas Museum. Tak lupa,  kami juga memberikan cinderamata berupa sertifikat kepada pihak manajemen Museum sebagai wujud penghargaan atas perjuangannya dalam membangun Museum HAM.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun