Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dikira Pelihara Tuyul Karena Work From Home

2 Juli 2022   23:29 Diperbarui: 2 Juli 2022   23:31 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Work From Home (pict : uctoday.com)

Jauh sebelum istilah Work From Home menjadi populer saat era pandemi covid-19, saya sudah lama bekerja dari rumah. Freelance writer,  ngeblog, sambil sesekali menerima jasa menerjemahkan. Pernah juga berjualan online. Semuanya dilakukan dari rumah.

Lucunya, saya sampai dikira memelihara tuyul oleh tetangga kontrakan karena dianggap "hidup enak" tanpa bekerja. Saya menghabiskan hampir sepanjang hari di rumah saja saja, namun kurir pengantar paket juga makanan selalu rutin datang dan pergi setiap harinya.

Tetangga tersebut bahkan bertanya, dukun mana yang jadi perantara dan apa saja kira-kira persyaratan yang dibutuhkan.

Saya sungguh speechless saat ditanya seperti itu. Bingung bagaimana harus menjawab. Mama saya di dusun malah dituduh ikut pesugihan kucing saking banyaknya kucing yang dipelihara.

Aneh-aneh saja memang mulut tetangga ternyata. Kalaupun saya dan keluarga memang memelihara tuyul atau ikut pesugihan, untuk apa coba masih hidup di kontrakan? Kok tanggung amat tajirnya ... 

***

Sebelum era pandemi, memang cukup sulit menjelaskan jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah bermodalkan internet kepada generasi di atas saya atau yang lebih tua. Menjelaskan bahwa saya seorang penulis mungkin masih cukup mudah dimengerti, namun menjelaskan soal email atas pertanyaan kenapa saya tidak pernah ke kantor pos untuk mengirimkan hasil tulisan saya itu sungguh another level. 

Belum lagi kalau harus menjelaskan sistem adsense di blog atau channel YouTube, juga endorsement di media sosial. Sulit, sulit sekali menjelaskan semua itu pada generasi yang tahunya bekerja itu ya pergi ke kantor dari jam sekian pulang jam sekian. Jika tidak keluar rumah, artinya pengangguran.

Nah, sejak digitalisasi  dipercepat dengan adanya pandemi covid-19 beberapa tahun terakhir, proses menjelaskan memang jauh lebih mudah. Biasanya saya menyamakan dengan anak sekolah yang tetap harus belajar dan mengumpulkan tugas sebagaimana mestinya, meski tidak harus datang ke sekolah. 

Pemahaman yang seperti itu memang lebih mudah diterima, meski lagi-lagi saya masih harus menemui kesulitan ketika ditanya suami saya kerjanya apa. Suami saya kebetulan seorang Content Director di sebuah perusahaan digital agency yang saat ini juga masih memberlakukan WFH. Jika sedang tidak mau ribet, biasanya saya hanya bilang "Kantor periklanan", meski sebetulnya kurang tepat juga sih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun