Catatan dari Jogja #1
*
Cowok berkacamata itu jelas merendah. Bengkel workshop berdinding anyaman bambu yang disebutnya gubug itu cukup luas kok. Sepertinya bekas gudang padi yang disekat menjadi beberapa ruangan. Di sana sini terlihat berbagai macam "alat tempur", mulai dari gergaji, penggaris besi, jangka sorong,mesin yang entah apa namanya, kaleng-kaleng cat, botol silikon, cetakan berbagai model, topeng setengah jadi, dan masih banyak lagi.
"Berantakan ini lho. Harap maklum ya? Namanya juga bengkel. Kalau rapi namanya rumah sakit," kata Mas Anggi lagi. Saat itu dia sedang asyik mengecat sebuah pedang kayu dengan semacam cat pilox.Â
Crossdress sendiri adalah semacam aliran (?) dalam cosplay*), dimana pemain yang bersangkutan akan berpakaian atau berpenampilan yang bersilangan dengan gender aslinya. Gampangnya, crossdresser perempuan akan berdandan/berpenampilan sebagai karakter laki-laki. Sebaliknya, Crossdresser laki-laki akan berdandan/berpenampilan sebagai perempuan. Ya, seperti yang dilakukan Mas Anggi ini. Dia aslinya cowok, tapi sering berpenampilan sebagai cewek.Â
Meski banyak yang berkomentar miring soal hobi uniknya ini, Mas Anggi justru mendapat dukungan penuh dari sang ibu. "Fotoku yang lagi nge-cross malah dijadikan PP WA Â sama ibuku. Makanya aku nggak peduli omongan orang. Lha ibuku aja santai kok," ujarnya.
Meski punya masa depan cukup menjanjikan sebagai crossdresser, Mas Anggi lebih senang menyebut dirinya sendiri sebagai maker alias pembuat bermacam perlengkapan cosplay. Sudah 5 tahun dia berkutat dengan pembuatan replika senjata (pedang, tombak, pistol,dll), topeng, sepatu hingga kostum armor (superhero).Â
Semua keterampilan itu dipelajarinya secara otodidak, berbekal pengetahuan dari video yang ditontonnya di YouTube. Lulusan sekolah teknik mesin ini bahkan mengaku, keputusannya untuk berpenampilan sebagai perempuan adalah berawal dari trik marketing.Â
"Ya iseng aja sih awalnya, buat promosi. Ternyata banyak yang suka. Sejak nge-cross jadi banyak yang merhatiin.Daganganku jadi laku. Sekarang yang order fake oppai (dada besar palsu) lumayan banyak. Belum lagi orderan-orderan yang lain," jelas Mas Anggi.
Awalnya, Anggi bekerja untuk orang lain. Namun sejak 2 bulan terakhir, dia memilih membuka bengkel workshop sendiri yang dinamainya Egoista Workshop. "Kenapa Egoista? Karena aku beneran egois. Semuanya dikerjakan sendiri. Nggak mau kerja bareng orang." Meski begitu, Mas Anggi berharap bisa segera dapat karyawan karena mulai kelabakan menangani order yang mengeras.
Tahu saya tertarik dengan dada palsu buatannya, Mas Anggi mengizinkan saya mencoba. Dan wow, dada palsu buatan Mas Anggi ini benar-benar mirip aslinya. Bisa jadi alternatif lho untuk cewek-cewek yang ingin punya dada besar tapi takut risiko operasi. Dada palsu buatan Mas Anggi benar-benar kenyal saat di pegang ... luar biasa! Bahkan saya pun jadi terlihat seksi :DÂ
"Btw, kenapa pakai stage name Anggi Yuu, Mas?" tanya saya.
"Oh, itu nama asli lho. Yuu itu kan Yudha Utama. Tapi nggak ada yang percaya kalau itu nama asli," pungkasnya.
Anggi. Namanya saja sudah unisex. Antara Tante Anggi yang cantik dan seksi, dan Mas Anggi yang tutur kata maupun gerak geriknya cowok banget tanpa kemayu atau ngondek sedikitpun (bahkan kalau bawa motor ngebut buanget kaya orang kesetanan). Masih sulit percaya rasanya kalau dua pribadi ini adalah satu orang yang sama.
*) Costume Play. Mengacu kepada kegiatan atau aktifitas yang berhubungan dengan mengenakan kostum dan mencoba menjadi serupa dengan tokoh atau karakter yang disukainya baik, itu karakter anime, manga atau game.Â