Mohon tunggu...
Arai Jember
Arai Jember Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Menulis itu investasi. Setiap kebenaran tulisan adalah tanaman kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Luasnya "Sudut Pandang" Merdeka, Fokus yang Mana?

15 Agustus 2020   21:32 Diperbarui: 15 Agustus 2020   21:21 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah. Merdeka adalah kenikmatan rasa luar biasa yang Allah anugerahkan atas manusia. Nikmat kemerdekaan, kendati sudah di zaman serba canggih seperti saat ini, tetaplah merupakan hal istimewa yang tidak bisa dirasakan oleh semua. Secara fisik, di belahan bumi lain masih ada pertumpahan darah karena pendudukan dan semisalnya.  Oleh karenanya, anugerah besar ini sangat patut bila disyukuri dengan kebaikan, perbuatan yang bisa semakin menambahkan keridhoanNya.

Secara umum, makna merdeka diterjemahkan sebagai keadaan terbebas dari penjajahan, secara fisik ataupun lainnya. Sehingga dapat dimaklumi jika kemudian merdeka meluas maknanya mengikuti sudut pandang yang beraneka ragam. Fleksibel mengikuti arah konteks pembahasan yang tengah didiskusikan. Bagi yang sedang berbicara persolan finansial misalnya, bisa mengartikan merdeka sebagai keadaan bebas dari segala bentuk cicilan dan pinjaman.

Bagi yang membahas urusan hati, boleh saja mengartikan merdeka sebagai kondisi tidak terpaksa menyenangi sesuatu yang di luar kemauannya. Kata merdeka seakan sah-sah saja digunakan untuk memggambarkan apapun yang dinilai leluasa, tidak terikat, tidak tertekan, tidak terkekang. Maka dalam konteks yang lebih tinggi, yaitu dalam bermasyarakat dan bernegara, merdeka dimaknai sebagai keleluasaan masyarakat dan negara menjalankan perannya secara mandiri tanpa terikat dan tertekan dari pihak manapun. Baik secara fisik, ekonomi, sosial, budaya, dsb.

Pembahasan merdeka yang tak kalah penting adalah dalam konteks individu. Seorang individu dikatakan merdeka bukan sebatas tidak dalam tekanan/terjajah secara fisik, melainkan ia bisa menjalankan aktivitas rutinnya tanpa kungkungan hawa nafsu. Ia bisa menempatkan perjalanan hidupnya secara proporsional, seimbang antara dunia dan akhirat. Yakni tidak melampaui batas dalam mengejar dunia, namun juga tidak serta-merta menyepelekannya.

Terkait hal ini, dijelaskan dalam surat Annazi'at ayat 37-39 yang artinya: "Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya)". Menurut An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi penafsiran ayat tersebut: "Adapun orang yang melampaui batas," yaitu mealnggar batas seraya berani menerjang maksiat-maksiat besar dan tidak mencukupkan diri pada batasan-batasan Allah "dan lebih mengutamakan kehidupan dunia," daripada akhirat; usahanya akan tertuju pada dunia dan waktunya dihabiskan untuk bagian dan kepentingan dunia dengan melupakan akhirat dan berbuat untuknya, "maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal" baginya. Neraka menjadi tempat tinggal dan menetap bagi orang yang kondisinya seperti itu.[1]

Bercermin atas penjelasan ayat tersebut, maka sebagai hambaNya, seseorang yang merdeka adalah sosok yang bisa leluasa menjalankan apa yang diperintahkanNya dan menjauhi batasan yang dilarangnya. Makna ini tentu tak sebatas pada aspek ibadah, namun juga pada perintah dan laranganNya dalam hal muamalah sehari-hari. Yakni berpindah mengikuti apa yang ditetapkan Allah dalam syariatNya semata. Menyelesaikan segala persoalan dengan acuan hukum Allah, bukan lagi mengekor pada solusi yang ditawarakan oleh manusia lain, terutama yang berbeda sudut pandangnya tentang kehidupan.

Dan sebagai bentuk penghormatan akan kemerdekaan sesama manusia, maka siapa saja yang hendak mengamalkan aktivitas sesuai perintah dan laranganNya semata, haruslah diberi ruang. Sebab sejatinya mereka yang memilih berjalan di atas petunjukNya adalah orang merdeka yang berani memilih. Memilih merdeka dengan taat pada syariatNya. Memilih lurusnya panduan hidup di dunia, agar nanti saat kembali kepadaNya bisa benar-benar selaras dan tenang dalam penghisaban. Sehingga tidak masuk dalam kriteria melampaui batas. Dan inilah sejatinya fokus penting dari sekian luasnya sudut padang merdeka.[]


Referensi:

1. https://tafsirweb.com/12017-quran-surat-an-naziat-ayat-37.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun