Mohon tunggu...
Ajeng Arainikasih
Ajeng Arainikasih Mohon Tunggu... Sejarawan - Scholar | Museum Expert | World Traveller

Blogger - Writer - Podcaster www.museumtravelogue.com www.ajengarainikasih.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Narasi Anti-Jepang di Museum-museum Cina

8 Desember 2020   09:15 Diperbarui: 8 Desember 2020   09:29 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pexels / Pixabay

Tata pamer museum dibuat secara kronologi, menggambarkan kemarahan Cina atas kekejaman tentara Jepang terhadap rakyat Cina. Juga menggambarkan kepahlawanan serta kebanggaan akan resistensi dari segala lapisan masyarakat Cina (dari petani hingga tentara Kuomintang dan tentara Komunis) dalam menentang imperialisme Jepang. Museum ini juga menggambarkan kontribusi Cina di Perang Dunia II dalam melawan kekuatan fasis. 

Atmosfer dan tata pamer museum sengaja dibuat untuk menggugah emosi. Dari menggunakan diorama yang berukuran life-size hingga teknologi digital dan permainan video. Ada pula monumen untuk mengenang pahlawan tanpa identitas, dan pahatan relief untuk mengenang nama-nama tentara  yang gugur di medan perang. 

Namun, dibagian akhir museum ditampilkan pula hubungan Cina-Jepang pasca Perang Dunia II: yakni hubungan perdagangan dan investasi asing, jumlah turis yang berkunjung dari/ke Cina/Jepang, serta sister city di kedua negara. Ada pula foto Kaisar Hirohito dan istrinya bersama Deng Xiaoping dan istrinya, yang saling berdiri bersebelahan dengan canggung!

Nanjing Massacre Museum, Nanjing

Narasi anti-Jepang juga ditemukan di beberapa museum yang menceritakan peristiwa tertentu. Misalnya di Nanjing Massacre Museum yang dibangun tahun 1985 diatas kuburan masal korban pembantaian Jepang di Nanjing. Di bulan Desember 1937, 300.000 warga lokal di Nanjing dibantai oleh tentara Jepang. 

Tahun 2007 museum di perbesar. Salah satu ruang utama di museum yang baru adalah kuburan masal di bawah tanah. Pengunjung harus turun ke ruangan bawah tanah untuk melihat langsung kerangka-kerangka di kuburan masal!

Selain itu, foto-foto dan karya seni yang menampilkan peristiwa pembantaian di tampilkan juga di museum. Berikut dokumen-dokumen tentang kesaksian saksi mata atas peristiwa tersebut. Di ruangan terakhir, seperti di Museum of the War of Chinese People's Resistance Against Japanese Aggression, ditampilkan pula rekonsiliasi antara kedua negara. Yakni hubungan baik yang terjalin pasca perang berakhir. 

9.18 Historical Museum, Shenyang

Selain itu, ada pula 9.18 Historical Museum di Shenyang yang memperingati insiden 18 September 1931. Museumnya memiliki fasade granit berbentuk kalender dengan tanggal 18 September, berukuran 18 x 30 x 11 meter! Di museum dipamerkan senjata, alat-alat yang dipergunakan tentara Jepang untuk menghukum orang Cina yang anti-Jepang, batu memorial peringatan tentara Jepang yang gugur, dokumen dan foto-foto terkait insiden invasi tersebut dan spesimen hamster. Hah, hamster?

Iya! Kala itu hamster digunakan oleh Masaji Kitano, seorang dokter dan juga tentara Jepang, untuk percobaan terhadap virus dan vaksin. Vaksinnya diperuntukkan bagi tentara Jepang, Sedangkan hamster dan orang-orang Cina digunakan sebagai "percobaan" sebelum vaksin diberikan ke tentara Jepang.  Wew! 

Unit 731 Museum, Harbin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun