Mohon tunggu...
Ajeng Arainikasih
Ajeng Arainikasih Mohon Tunggu... Sejarawan - Scholar | Museum Expert | World Traveller

Blogger - Writer - Podcaster www.museumtravelogue.com www.ajengarainikasih.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Narasi Anti-Jepang di Museum-museum Cina

8 Desember 2020   09:15 Diperbarui: 8 Desember 2020   09:29 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pexels / Pixabay

Ni hao!

Sudah rahasia umum kalau Cina itu anti-Jepang. Ternyata, hal tersebut juga tercermin di narasi museum-museum Cina! Tapi, sebelum bahas tentang narasi museum yang anti-Jepang, ada 1 museum yang juga berhubungan dengan penjajahan Jepang di Cina yang narasinya berbeda, dan bangunannya dijadikan bangunan bersejarah alias heritage building ! Oh ya? Apa dan dimana?

Imperial Palace of Manchukuo Museum, Changchun

Singkat cerita, di bulan September 1931 tentara Jepang menginvasi Manchuria di Timur Laut Cina (dekat Mongolia). Jepang kemudian mendirikan negara boneka Manchukuo (1932-1945) dan menempatkan Puyi, Kaisar Dinasti Qing terakhir, untuk "memimpin" Manchukuo. Walaupun demikian, Manchukuo tetap dikontrol penuh oleh Jepang. Jepang kemudian mendirikan istana (dengan model arsitektur seperti miniatur Forbidden City di Beijing) untuk Puyi di Changchun, Manchuria. 

Nah, tahun 1962 Cina kemudian menjadikan istana Manchukuo tersebut sebagai Imperial Palace of Manchukuo Museum. Istana ini memiliki perpaduan arsitektur Cina, Jepang dan Rusia dan terdiri dari beberapa bangunan yang berada di inner courtyard (sebagai tempat tinggal Puyi dan keluarganya) dan outer courtyard (untuk keperluan administrasi publik). Istana ini juga dilengkapi dengan taman, kolam renang, lapangan golf mini, lapangan tenis dan track berkuda. 

Kini, di salah satu bangunan ditampilkan singgasana Manchukuo, furnitur, replika mahkota kerajaan, gaun dan seragam penjaga. Juga replika deklarasi kemerdekaan Manchukuo dan national coat of arms yang merepresentasikan 5 nasionalitas di Manchukuo: Manchu, Cina, Mongol, Jepang, dan Korea. Di bangunan yang lain, ditampilkan dokumen dan foto-foto Puyi dari kecil hingga dewasa, serta patung lilin Puyi dan salah seorang istrinya. 

Istana ini juga dijadikan setting film The Last Emperor (1987) yang disutradarai oleh Bernardo Bertolucci. 

Narasi museum lain di Cina tentu saja berbeda dari Imperial Palace of Manchukuo Museum ini yang notabene adalah bangunan bersejarah. Narasi di museum lain biasanya tentang penderitaan orang Cina di masa pendudukan Jepang dan resistensi anti-Jepang. Kini, narasi partai politik Cina (Chinese Communist Party atau CCP) tentang pendudukan Jepang lebih menitikberatkan kepada peran Cina di Perang Dunia II yang berdampingan dengan Sekutu dan berhasil mengalahkan Jepang. 

Museum of the War of Chinese People's Resistance Against Japanese Aggression Beijing

Salah satu contohnya adalah narasi di Museum of the War of Chinese People's Resistance Against Japanese Aggression di Beijing. Museum ini terutama fokus membahas Second Sino-Japanese War (1937-1945). Museum pertama kali dibuka tahun 1987 saat memperingati 50 tahun dimulainya perang. Lokasinya tepat di dekat lokasi dimulainya perang, di dekat jembatan Marco Polo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun