Mohon tunggu...
Ajeng Arainikasih
Ajeng Arainikasih Mohon Tunggu... Sejarawan - Scholar | Museum Expert | World Traveller

Blogger - Writer - Podcaster www.museumtravelogue.com www.ajengarainikasih.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Museum, Korea Selatan dan Dai Nippon

5 Desember 2020   10:52 Diperbarui: 5 Desember 2020   11:01 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Annyeonghaseyo! 

Apakah kalian tahu? Berdasarkan survei tahun 2013 yang dilakukan oleh BBC World Service Poll, Korea Selatan adalah negara ke-2 setelah Cina yang memiliki perasaan negatif ke Jepang (67%). Hal ini disebabkan karena Korea pernah menjadi daerah jajahan atau koloni Jepang sejak tahun 1910-1945. 

Selain dijajah dan dieksploitasi, selama masa pendudukan Jepang, rakyat Korea juga banyak yang dijadikan pekerja paksa dan comfort women (budak seks). Kini, di Korea Selatan bahkan ada museum tentang comfort women dan forced labour (pekerja paksa). 

Faktanya, di antara tahun 1931-1945 ada sekitar 400 comfort stations dan 200.000 perempuan yang dipekerjakan sebagai budak seks Jepang di seluruh Asia. Sejarah kelam ini mulai terungkap di tahun 1990-an setelah para korbannya berani "berbicara". Salah satu nya adalah Kim Bok-Dong, orang Korea yang kemudian aktif menjadi aktivis against sexual violence. 

War and Women's Human Right Museum, Seoul

Nah, War and Women's Human Right Museum di Seoul ini menceritakan mengenai kisah para comfort women. Museum 3 lantai ini dibuka tahun 2012 atas prakarsa NGO Korean Council for the Women Drafted for Military Sexual Slavery by Japan. Museum juga bertujuan untuk kampanye against war sexual violence dan meminta keadilan bagi para korban. Antara lain dengan meminta pemerintah Jepang menyatakan permintaan maaf resmi. 

Museum fokus menceritakan cerita perorangan para korban atau penyintas. Yakni, dengan menampilkan lukisan karya para penyintas yang dahulu dijadikan budak seks ketika masih remaja dibawah umur. Juga rekaman testimoni dan benda-benda pribadi milik para penyintas. Dokumen, foto dan peta terkait comfort station dan catatan medis juga dipamerkan di museum. Ada pula bagian pameran yang khusus dibuat untuk menghormati para comfort women yang meninggal antara tahun 1931-1945. 

Terakhir, museum juga membahas isu international war crime. Antara lain menceritakan mengenai tentara Korea yang melakukan kekerasan seksual di perang Vietnam, dan permintaan maaf oleh pemerintah Korea ke Vietnam.

National Memorial Museum of Forced Mobilization under Japanese Occupation, Busan

Selain itu, tahun 2015 di Busan dibuka National Memorial Museum of Forced Mobilization under Japanese Occupation. Busan dipilih sebagai lokasi tempat didirikannya museum karena Pelabuhan Busan merupakan tempat diberangkatkannya para pekerja paksa dan budak seks dari Korea ke berbagai wilayah pendudukan Jepang. 

Museum sendiri memamerkan fakta sejarah mengenai forced mobilization di bawah pendudukan Jepang, terutama dari dokumen dan foto. Di museum diceritakan pula "proses" bagaimana seseorang bisa dijadikan pekerja paksa atau budak seks. Mereka biasanya tidak tahu akan dibawa kemana, namun berakhir menjadi pekerja paksa di tambang atau comfort women di military brothel. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun