Mohon tunggu...
Aqiilah Zulfa Rahmania
Aqiilah Zulfa Rahmania Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis sebagai ruang untuk menuangkan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Creatalk CBX 2025 Tekankan Adaptasi AI di Era Digital

6 Oktober 2025   21:08 Diperbarui: 6 Oktober 2025   22:03 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Narasumber Creatalk, Andromeda Mercury (Sumber: YouTube DNK TV UIN Jakarta)

DNK TV Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sukses menggelar  acara Creatalk  yang merupakan acara puncak dari Campus Broadcasting Expo (CBX) 2025 di Auditorium Harun Nasution, Selasa (30/9). Acara tahunan yang diselenggarakan oleh DNK TV ini berfokus pada isu media digital dan adaptasi kecerdasan buatan atau AI.

Mengusung tema "Media Under Control: Siapa yang Mengendalikan dan Siapa yang Dikendalikan?" dengan tagline "Boom! Bold the Motion, Keep the Adaptation." Creatalk CBX 2025 menghadirkan berbagai pembicara untuk berdiskusi seputar tantangan media di era kecerdasan buatan, yaitu: 

  • Prof. Dr. Gun Gun Heryanto M.Si. (Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi)

  • Farida Dewi Maharani, S.E., M.Si. (Plt. Direktur Ekosistem Media Ditjen Komunikasi Publik dan Media, Kementerian Komunikasi dan Digital) 

  • Andromeda Mercury (Journalist dan News Anchor di TVOne) 

  • Enrico Jonathan (Digital Creator, Creative Lead @kokbisa, dan Visual Artists)

Head of Organization Committee CBX 2025, Muhammad Ghandur, menjelaskan bahwa acara ini merupakan puncak dari tiga rangkaian utama, yaitu Creatiflix berupa lomba video kreatif, Intermezzo (Interaksi Manusia di  Era Zaman Zero) bersama Eddy Sukmana, serta Creatalk sebagai acara puncak.

"Alhamdulillah, kita sampai di acara puncak dari seluruh rangkaian acara yaitu Creatalk CBX 2025 yang mengusung tema Media Under Control: siapa yang mengendalikan dan siapa yang dikendalikan, dengan mengundang narasumber yang cukup expert di bidangnya." ujarnya.

Station Manager DNK TV, Fadhil Akbar Fajar Rahmani, menambahkan bahwa tema besar mengenai teknologi AI diangkat bukan semata karena tren, tetapi karena urgensinya di kalangan mahasiswa.

"Melihat perkembangan teknologi AI yang begitu pesat, kita harus bisa mengikuti dan menyeimbangkan dari segala sisi. Kita harus bisa mencari celah-celah baik dan tahu celah-celah buruknya datang dari mana saja. Dan mungkin, acara Creatalk ini menjadi kesimpulan untuk teman-teman semua." jelasnya.

Narasumber Creatalk, Andromeda Mercury (Sumber: YouTube DNK TV UIN Jakarta)
Narasumber Creatalk, Andromeda Mercury (Sumber: YouTube DNK TV UIN Jakarta)

Narasumber Creatalk 1: Andromeda Mercury

Andromeda Mercury selaku Jurnalis dan News Anchor TVOne yang membagikan pengalamannya serta memberikan pemaparan dalam menghadapi tantangan disinformasi di tengah kemajuan AI.

"Era AI tidak bisa dihindari, tapi tetap perlu disikapi dengan tanggung jawab. Hoax dan deepfake bisa menyesatkan publik, maka kita perlu jadi generasi yang kritis dan rajin crosscheck sumber informasi," pesannya.

Ia juga mengungkapkan bagaimana teknologi kini menjadi bagian dari rutinitas media massa. Dan sebagai mahasiswa Jurnalistik, kami dituntut untuk mampu menjadi seseorang yang multiskill dan multitasking karena di era saat ini perlu bekerja secara multiplatform.

"Teman-teman yang kuliah jurnalistik yang ingin jadi broadcaster kita harus kerja multitasking, multiplatform. Bayangkan kami sehari targetnya di TVOne ngeupload 100-200 konten ke banyak platform karena sekarang sudah bukan era konvergensi tapi sudah cross media," paparnya.

"Jadi kalau teman-teman berniat bergabung di Industri TV kalian harus betul-betul orang yang multiskill, bukan hanya pandai menulis, pandai ngedit, tapi juga keberanian untuk tampil. Kita juga yang buat berita, yang ngisi suara, yang on air, sepaket diborong oleh insan jurnalistik yang ingin bertahan di bidang ini," tambahnya.

Andromeda Mercury juga menyoroti mengenai kasus belakangan ini, dimana masyarakat dihebohkan dengan beredarnya video mantan Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani, yang mengatakan "Guru adalah beban negara."

Video tersebut ternyata hanyalah hasil manipulasi dengan teknologi deepfake, tetapi sempat membuat banyak orang percaya bahwa ucapan itu benar adanya. Ia menghimbau kami selaku mahasiswa untuk membiasakan diri ketika menerima informasi apapun harus membaca dan menyimak narasinya secara utuh.

"Kita perlu menjaga dan me-maintain rasa curiosity agar kita tidak mudah percaya. Ketika keraguan itu sudah muncul, artinya kita harus crosscheck. Sekalipun yang menyiarkan, yang me-reupload adalah orang-orang yang punya follower jutaan, kita jangan mudah percaya dan harus silang cek informasi yang beredar," tegasnya.

Menanggapi Materi yang Disampaikan oleh Andromeda Mercury:

Saya setuju dengan pemaparan materi yang diberikan oleh Kak Andromeda Mercury, dimana saat ini perkembangan AI sangatlah pesat dan algoritma media sosial membuat informasi bergerak dengan sangat cepat sehingga dalam hitungan menit dan jam saja bisa viral tanpa tahu kebenaran dari informasi tersebut. teknologi AI, deepfake, manipulasi suara, berita palsu hasil algoritma, semua itu berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap informasi yang baik dan benar. Oleh karena itu, jurnalis harus mampu menyuarakan kebenaran dengan menyebarkan berita yang sudah terverifikasi. Untuk mencapai hal tersebut, kita sebagai calon jurnalis dituntut untuk melek terhadap isu apa saja yang viral di berbagai media sosial, seperti TikTok, Instagram, Facebook, serta mencari tahu kebenaran maupun kepalsuan dari informasi tersebut.

Narasumber Creatalk, Enrico Jonathan (Sumber: YouTube DNK TV UIN Jakarta)
Narasumber Creatalk, Enrico Jonathan (Sumber: YouTube DNK TV UIN Jakarta)

Narasumber Creatalk 2: Enrico Jonathan

Dilanjut dengan sesi Creatalk oleh Enrico Jonathan yang merupakan Digital Creator, Creative Lead @kokbisa, dan Visual Artists, yang menyoroti perubahan besar yang terjadi dalam dunia content creation. Ia mengungkapkan bagaimana tim produksinya kini mulai mengintegrasikan AI secara masif. 

"50 video terakhir Kok Bisa sudah tidak menggunakan suara asli voiceover karena sudah kami sampling suaranya, dan di generate oleh animator," ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa saat ini script video Kok Bisa dibuat 90% murni dengan AI dan 10% nya dilakukan untuk menyunting data-data yang keliru ataupun kurang menarik. 

Enrico Jonathan juga menjelaskan bagaimana teknologi kecerdasan buatan atau AI telah mengubah cara kerja tim kreatif dalam memproduksi konten animasi. Menurutnya, pekerjaan yang dulu membutuhkan banyak orang kini dapat dilakukan hanya oleh satu produser berkat bantuan AI.

"Jadi untuk saat ini, produksi konten animasi bisa cukup dikerjakan sama satu produser. Produsernya bisa capcut, canva, dan scriptnya sudah dibuat dengan AI yang diedit-edit dikit. Bayangin yang awalnya rentetan di belakang orang ini ada produser, video editor, script writer, host, at least ada empat. Sekarang cuma satu (orang), bisa running. Dan itu fakta dunia nyata yang harus kita lihat," ujarnya.

Pada Sesi Bersuara (tanya jawab), Enrico juga menanggapi pertanyaan apakah fenomena menjamurnya konten berbasis AI yang sering dianggap menurunkan standar kreativitas. Ia menilai bahwa meski teknologi mempermudah proses, esensi ide dan orisinalitas tetap bergantung pada manusia.

"Ketika kita masuk ke industri, pikiran manusia tetep dibutuhin, AI nya diem. AI kalau nggak ada input, dia nggak akan gerak. Jadi tetap seberapa kreatifnya kita kasih input, baru AI nya bisa berguna untuk kita." tegasnya.

Menanggapi Materi yang Disampaikan oleh Enrico Jonathan:

Saya tertarik pemaparan materi oleh Kak Enrico Jonathan. Ia menjelaskan bagaimana AI kini telah menjadi bagian penting dalam proses kreatif, khususnya di bidang produksi konten digital. AI memang mampu membantu efisiensi kerja seperti penulisan naskah dan voiceover, tetapi disisi lain AI dapat menjadi tantangan tersendiri bagi para content creator untuk mempertahankan orisinalitas dan kreativitas di tengah kemudahan tersebut. 

Tanggapan Pribadi Mengenai Acara Creatalk CBX 2025

Menurut saya, acara Creatalk dikemas dengan sangat menarik. Penyampaian seminar yang mengangkat tantangan Artificial Intelligence (AI) yang kita hadapi saat ini dibahas oleh narasumber yang tak hanya berpengalaman di bidangnya, namun juga memahami tantangan dan karakter generasi saat ini. Hal ini membuat saya sebagai peserta merasa mampu memahami seluk-beluk materi yang diberikan dengan sangat baik. Wawasan yang diberikan oleh narasumber mampu menghadirkan pemahaman yang menyeluruh mengenai peluang dan tantangan AI dalam kehidupan kita. 

Selain mendengarkan penjelasan dari narasumber, kami juga mempraktekkan penggunaan AI dengan membuat serangkaian prompt untuk mengkreasikan maskot CBX 2025 sesuai yang kami inginkan. 

Tak hanya itu, Creatalk CBX 2025 juga menyeimbangkan sisi hiburan dalam pelaksanaanya. Terdapat beberapa penampilan, seperti penampilan Paduan Suara Doeras Children's SMPN 211 Jakarta dan Band Kontras UIN Jakarta yang sangat memukau dengan didukung dekorasi, sound effect, dan lampu sorot di setiap perpindahannya. 

Untuk mengabadikan momen ini, panitia Creatalk CBX 2025 juga menyediakan photobooth untuk berfoto dengan teman-teman dan juga penjualan merchandise yang eye-catching. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun