Mohon tunggu...
Apritama Nur
Apritama Nur Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

mahasiswa PTK 2013, hanya sebuah tulisan kecil tuk bangsa besar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tabula Rasa: Film Tentang Rasa dan Budaya

27 September 2014   16:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:17 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Film ini diawali dengan prolog kehidupan Hans di kampung halamannya, Serui. Hans hidup di panti bersama dengan anak-anak lain dan seorang wanita yang menjadi mama baginya. Hans suka dengan bola dan bermimpi menjadi pemain bola hebat. Hingga akhirnya pada suatu hari, datang orang dari Jakarta yang melihat kemampuan hebatnya bermain bola. Oa pun diundang untuk ke Jakarta dengan orang tersebut. Disini terjadi perdebatan kecil antara mama pantinya dengan Hans. Mama panti Hans tak rela meninggalkan Hans berjuang di tengah kejamnya kehidupan ibukota. Dan Hans pun tetap memilih untuk berangkat mengejar mimpinya.

Kehidupan Hans di ibukota tak sesuai dengan harapannya. Kakinya cedera dan klub bola yang menaunginya tak mampu untuk membayar biaya pengobatan. Hingga akhirnya Hans dibuang oleh klubnya, dan menjadi gelandangan yang bekerja serabutan untuk membeli makanan setiap hari. Kehidupannya yang begitu susah membuat dia berpikir untuk bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan yang dibawahnya ada perlintasan kereta. Namun ternyata Hans tidak jadi melompat bunuh diri dan jatuh kebelakang. Pada paginya, Hans ditemukan tergeletak oleh seorang ibu. Ibu itupun menolong dan memberinya gulai kepala ikan. Ceritapun berlanjut dengan ibu yang ternyata pemilik rumah makan Padang itu yang ingin membantu Hans. Namun terjadi konflik besar antara sang Ibu dan Uda Parmanto. Uda tidak mau Hans ikut mereka, apalagi semenjak Hans meminta balasan jasa berupa uang untuk pekerjaan yang dilakukannya di rumah makan Padang tersebut. Bagi Uda, datangnya Hans akan memperkecil bagian pendapatan yang akan diterima oleh Uni, Uda dan Natsir. Akhirnya, puncak dari konflik antara Uda dan Uni adalah dengan keluarnya Uda dari rumah makan Takana Juo milik Uni. Uda berpindah menjadi juru masak restoran Caniago yang berada di seberang jalan di depan rumah makan Takana Juo milik Uni. Dan ternyata restoran Caniago lebih ramai daripada rumah makan Takana Juo. Uni dan Natsir pun berpikir keras bagaimana cara bertahan hidup dari persaingan dengan restoran Caniago yang tampak lebih besar dan mewah. Hans pun mengusulkan ke Uni untuk mengajarkan resep masakan Gulai Kepala Ikan yang tidak dijual di restoran Caniago. Namun Uni bergeming, masakan Gulai Kepala Ikan mempunya arti tersendiri bagi Uni. Masakan itu hanya dimasak ketika peringatan tanggal lahir anaknya yang meninggal karena Gempa Padang silam.

Kondisi rumah makan Takana Juo yang sedang sepi dan terancam bangkrut, membuat Uni mengubah pikiran. Ia akhirnya mau untuk mengajarkan Hans cara memasak Gulai Kepala Ikan yang nantinya akan menjadi menu andalan di rumah makan Takana Juo. Berangsur-angsur rumah makan Takana Juo pun kembali ramai. Menu Gulai Kepala Ikan sukses menarik pelanggan untuk makan di Takana Juo. Di lain tempat restoran Chaniago mulai sepi pelanggan, Uda Parmanto sebagai juru masaknya merasa heran. Ia akhirnya mencari tau apa yang menyebabkan Takana Juo kembali ramai dengan mencoba menu andalan Gulai Kepala Ikan. Dan masakan inilah yang menyadarkan Uda Parmanto akan sikapnya selama ini pada Uni, Hans dan Natsir.

Cerita kembali memuncak ketika Uni jatuh sakit dan harus dilarikan oleh Natsir ke rumah sakit. Padahal saat itu Takana Juo sedang menerima pesanan besar dari suatu pesta pernikahan. Kebingungan, akhirnya Hans meminta tolong pada Uda Parmanto untuk membantunya memasak pesanan besar tersebut. Uda Parmanto, Hans, dan Natsir pun akhirnya bahu membahu saling membantu untuk memasak bersama memenuhi pesanan. Setelah pesanan akhirnya diselesaikan, Hans bertanya kepada Uda untuk kembali ke rumah makan Takana Juo. Namun Uda menolak, baginya satu kapal hanya ada satu nahkoda. Setelah Uni kembali dari rumah sakit, Hans menceritakan semua yang dialami ketika Uni masih di rumah sakit. Akhir dari cerita ini adalah Hans keluar dari Takana Juo dengan alasan yang tidak diutarakan oleh sang sutradara film.

Tabula Rasa adalah film tentang rasa dan budaya. Ya, saya bisa mengatakan itu karena memang film ini adalah film pertama tentang kuliner di Indonesia. Film ini menyajikan tentang seni memasak dan keindahan yang ada dalam proses memasak. Saya juga mengatakan ini film budaya karena di film ini tampak semua kebudayaan berbaur jadi satu. Uni, Uda, dan Natsir yang berasal dari timur (Padang) mampu berbaur akrab dengan Hans yang berasal dari ujug barat Indonesia (Papua). Sang sutradara juga seakan memberi pesan bahwa kita orang Indonesia harus mampu bersatu, tidak memandang darimana asal kita, juga apa saja agama kita. Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun