Mohon tunggu...
Aprilia Sari Yudha
Aprilia Sari Yudha Mohon Tunggu... Guru - Hasbunallah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jahat! Aku Dirasuki Rindu

7 Oktober 2017   07:13 Diperbarui: 7 Oktober 2017   07:19 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Katanya merindukan seseorang itu menyenangkan. Konon katanya pula, rindu menjadi bukti nyata seberapa kuat ikatan hubungan kamu dan dia. Tapi hingga saat ini, kamu sendiri tak pernah merasakan betapa menyenangkannya merindukan seseorang. Dalam banyak hal, rindu justru jadi penghalangmu untuk menjalani hari. Tak bisa melihat dan merengkuhnya setiap waktu menjadi tantangan yang setiap hari harus kamu lalui.

Tapi demi masa depan yang selalu kamu dan dia harapkan bisa segera terwujud, kamu harus rela rindumu tertahan dalam jangka waktu tertentu. Kamu dipaksa menjadi pribadi yang penyabar. Meski kamu seringkali kesal jika koneksi internet pada ponselmu tiba-tiba berjalan lambat. Namun untuk urusan rindu kamu berubah menjadi pribadi dengan penambang sabar yang lebih besar.

Rindu ini brengsek sekali bukan? Seribu kali aku melepaskannya, menahannya juga menghindarinya tetap rindu ini lebih kuat dari raga ku.. Hai kamu, si pemilik rindu ini, kapan kita dapat segera bersua? Sekadar duduk manis berteman angin malam nan syahdu, lengkap dengan dua cangkir teh.. Tak perlu lagi kita berbincang, karna pertemuan kali ini aku hanya ingin menatapmu, menatap sepasang bola mata yang selalu memberiku kedamaian dan kenyamanan.

Kali ini kamu tak perlu membual tentang aku yang semakin cantik. Kali ini kamu juga tak perlu memberiku laporan tentang apa yang terjadi padamu di sana. Bukan aku tak peduli. Tapi kali ini aku hanya ingin diam bersamamu menatapmu tanpa henti walau dalam remang, aku masih mampu menerawang bebas ke balik pemilik sepasang bola mata hitam itu, membiarkan jari-jari kita saling berpagut erat tanpa tahu caranya melepaskan. Dan membiarkan masing-masing dari rindu ini saling menemui pemiliknya.

Semoga sibukmu dan sibukku adalah sibuk yang baik, yang mendekatkan rezeki yang baik, yang mampu membuat Allah percaya kita berjuang di jalan yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun