Mohon tunggu...
Apriliansyah
Apriliansyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Jurnalis dan pecinta fotografi

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Melihat Harmoni Perayaan Imlek 2571 di Negeri Laskar Pelangi

26 Januari 2020   01:30 Diperbarui: 26 Januari 2020   04:58 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vihara. (Koleksi Pribadi)

Tradisi Imlek diyakini membawa berkah bagi sebagian orang. Namun lebih dari sebuah tradisi Imlek telah mengakar menjadi kebudayaan lokal melalui proses akulturasi dalam waktu yang cukup lama secara turun temurun.

Salah seorang tokoh masyarakat Tionghoa di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ayie Gardiansyah menyatakan Imlek adalah tradisi masyarakat Tionghoa yang sudah berabad-abad dirayakan bahkan sebelum masehi.

Kemudian tradisi tersebut terus dilestarikan hingga sampai di era sekarang ini berkat perbedaan yang terus ditenun dengan benang toleransi dan pancasila.

Di Kabupaten Belitung sendiri atau lebih mahsyur dikenal dengan Negeri Laskar Pelangi, harmoni tersebut sudah terjalin sejak lama. Diperkirakan sejak zaman Panglima Cheng Ho (1403-1424) Imlek sudah menjadi perekat antara masyarakat lokal dan warga keturunan.

Contoh nyata terjalinnya harmoni tersebut nampak jelas terlihat, Ayie mencontohkan bagaimana dua tempat ibadah yang berbeda dapat dibangun dengan jarak yang saling berdekatan dan saling harmonis.

Di Kecamatan Sijuk sekitar 35 kilometer dari Kota Tanjung Pandan ada satu Kelenteng yang dinamai Kelenteng Hok Tek Ceng Sin dibangun pada tahun 1815 dan tidak jauh dari lokasi tersebut juga berdiri Masjid Al - Ikhlas yang dibangun dua tahun setelahnya yakni 1817.

Bahkan, Masjid Al- Ikhlas merupakan masjid tertua di Pulau Belitung menjadi pusat bagi para penyebar agama Islam di Pulau Belitung sejak dulu.

"Kita punya bukti nyata dan saksi bisu yakni Kelenteng dan Masjid yang ada di Sijuk," ujarnya.

Imlek diharapkan dapat dimaknai sebagai momentum untuk terus merawat kerukunan bangsa dan negara. Sehingga kedewasan sikap tersebut melahirkan kebaikan dan kebahagiaan bagi semua.

"Karena kita hidup dalam konteks kerukunan karena kita adalah masyarakat majemuk sehingga negara ini aman mari kita bangun kebersamaan dalam keberagaman," ujarnya pula.

Kue Keranjang, "Perekat" Keberagaman

Kue Kerajang. (Foto: Koleksi Pribadi)
Kue Kerajang. (Foto: Koleksi Pribadi)
Perayaan Imlek tidak lengkap bila tanpa adanya kue atau makanan khas yang disajikan dan dinikmati bagi semua orang. Satu diantaranya ada kehadiran kue keranjang atau Nian Gao.

Tidak hanya sekadar kudapan, namun kue keranjang memiliki kekayaan filosofi terutama tentang merawat keberagaman, kerukunan dan persatuan bangsa.

Proses pembuatan kue keranjang memakan waktu hingga 12 jam. Enam jam untuk proses pengukusan dan enam jam setelahnya untuk proses pengendapan.

Karakternya yang lengket disebabkan perpaduan antara bahan gula pasir dan ketan yang dimasak dengan memakan waktu cukup lama.

"Lengket melambangkan simbol harmonisasi, kerukunan dan persatuan," ujar tokoh Tionghoa Masyarakat Belitung, Ayie Gardiansyah.

Sementara, bagi Martini salah seorang pembuat kue keranjang, Tahun Baru Imlek membawa berkah tersendiri bagi dirinya beserta keluarga karena pesanan kue keranjang tersebut meningkat.

Doa Terbaik untuk Indonesia

Warga sedang berdoa. (Foto: Koleksi Pribadi)
Warga sedang berdoa. (Foto: Koleksi Pribadi)
Ketua pelaksana harian Kelenteng Hok Tek Che Tanjung Pandan, Akok (63) menuturkan rangkaian sembahyang di Kelenteng tersebut akan dimulai pada, Jumat (24/)1 pukul 19:00 WIB hingga dini hari.

Kelenteng yang terletak dipusat kota Tanjung Pandan tersebut diperkirakan dapat menampung sekitar 300 umat yang akan bersembahyang.

Kelenteng yang dibangun pada tahun 1868 tersebut juga menampilkan parade barongsai dan pesta kembang api guna menyemarakkan malam pergantian Tahun Baru Imlek 2571 Kongzili.

Akok menjelaskan, biasanya warga yang datang bersembahyang akan memanjatkan doa di altar yang pertama berdoa kepada dewa langit.

Kemudian dilanjutkan ke altar utama yang berada di dalam sisi Kelenteng untuk bersembahyang kepada Dewi Kuan Im.

Sisilia Natasya Dewi (24) misalnya memiliki harapan tersendkri ditahun baru Imlek 2571  agar senantiasa dilimpahi dengan keberuntungan dalam kehidupannya.

Tahun Tikus Logam bagi seorang, Sisil sapaan akrabnya dimaknai dengan kecerdasan, kecerdikan dan lincah.

"Yah karakter tikus, menggemaskan, pintar dan lucu maka seperti itulah kira-kira," ujar dara manis kelahiran Bengkulu tersebut.

Ia datang dalam rangka berwisata ke Belitung sekaligus mencoba pengalaman baru merayakan Imlek di Belitung terutama bersembahyang di Kelenteng Hok TeK Che tersebut. Lain orang, lain Harapan misalnya Chandra Setiawan (33) ia mendoakan nangsa Indonesia ditahun baru ini dapat senantiasa makmur dan sejahtera. 

Setelah tahun sebelumnya Indonesia menghelat pemilu legislatif dan Presiden kini saatnya Indonesia bergerak maju. Dan yang terpenting, kerukunan bangsa dapat senantiasa terjaga. Tidak ada gejolak, pertikaian dan lain sebagainya.

"Saya panjatkan doa yang terbaik untuk bangsa Indonesia," ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun