Mohon tunggu...
Humaniora

Persaingan Media Dalam Pasar Global

12 Desember 2018   21:14 Diperbarui: 12 Desember 2018   21:26 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas mengenai persaingan media dalam pasar global. Sebelum membahas lebih mendalam mengenai hal tersebut, penulis akan ulas sedikit mengenai persaingan media. Apa itu persaingan media? Persaingan media adalah  suatu proses dimana satu media  berusaha mengalahkan media  lain tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Tujuan dari persaingan media adalah  mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya, baik itu dalam bentuk harta benda maupun dalam bentuk popularitas.

Seiring berkembangnya zaman, media pun akan semakin berkembang. Informasi dari seluruh belahan dunia semakin mudah kita dapat dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat. Tidak hanya itu, kita dapat menikmati tayangan yang berkualitas baik melalui televisi maupun internet. Untuk dapat mengimbangi perkembangan zaman dan kebutuhan informasi yang tinggi, sekarang ini banyak media-media yang bermunculan baik cetak maupun online. Tentu saja hal ini akan menimbulkan persaingan antar media untuk mendapatkan market share di kalangan masyarakat. 

Persaingan media terjadi tidak hanya di Indonesia saja, tetapi sudah terjadi secara Global. Pengaruh utama dalam pembentukan budaya media internasional adalah Globalisasi budaya Barat. Sementara ada kekuatan untuk konvergensi dan homogenisasi, penyebaran model profesional AS, komersial televisi juga membawa perubahan menguntungkan bagi sebagian industri media, yang mengarah pada kebangkitan nasionalisme budaya. Ketersediaan teknologi digital dan jaringan satelit telah memungkinkan pengembangan siaran regional, seperti halnya Timur Tengah pan-Arab Broadcasting Center (MBC) dan saluran Mandarin berbahasa Mandarin, yang melayani diaspora Cina.

Dengan perkembangan tahun 1990-an, televisi telah mendominasi layar media di hampir setiap bagian dunia dan ikon-ikon televisi global seperti CNN dan MTV telah menjadi ada di mana-mana. Peran televisi dalam konstruksi identitas sosial dan budaya sekarang jauh lebih kompleks daripada di era penyiar nasional tunggal dan ruang publik bersama, yang ditandai televisi di sebagian besar negara di tahun-tahun pasca-perang. Sebagai contoh di Rusia. Di Rusia,  televisi global telah membantu mempromosikan budaya konsumerisme Barat sejak akhir Perang Dingin.

Media visual memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi sikap politik dan sosial masyarakat. Seperti yang diamati oleh beberapa ahli media, bahwa media dapat membangkitkan emosi khalayak mengenai feedback, menuntut perhatian, mengancam, memengaruhi ingatan, dan mengubah gagasan tentang apa yang alami. Ini khususnya kasus di banyak negara berkembang, di mana, media khususnya penyiaran, berada di bawah kendali negara dan di mana sering tidak representatif dan kadang-kadang pemerintah yang tidak terpilih dapat menggunakan gelombang udara untuk mengontrol populasi mereka. Selain itu juga sangat membatasi pluralitas pendapat dan kemungkinan terjadi diskusi terbuka.

Persaingan media mengakibatkan deregulasi penyiaran, dimana telah menjadi katalis untuk perluasan jaringan televisi swasta. Selain itu juga memungkinkan untuk privat penyiar satelit untuk tujuan di luar perbatasan negara dimana jaringan didasarkan. Terlepas dari kekuatan besar penyiaran yang memiliki dimensi internasional, sebagian besar negara harus melakukannya dengan membuat program untuk audiens domestik. Ini terutama terjadi pada wilayah dunia bagian Selatan. Sebaliknya, saluran swasta, terutama yang memfokuskan pada pasar dan pendapatan iklan, memiliki agenda media yang lebih liberal. Perbedaan mendasar antara penyiaran berorientasi negara dan berorientasi pasar ini adalah terletak pada faktor kunci dalam perluasan banyak lembaga penyiaran Selatan ke arah yang menguntungkan Pasar utara, yang bertujuan untuk menjangkau komunitas diaspora.

REFERENSI :

Thussu, Daya Kishan. 2000. International Communication Continuity and Change. London. A member of the Hodder Headline Group London.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun