Mari kita berpandangan rasional secara ilmu pengetahuan alam (karena islam juga mengajarkan untuk belajar pada alam) dengan keadaan dan lingkungan, seperti yang telah diuraikan diatas kondisi geografis orang Indonesia menyebabkan penduduknya mudah sekali berkeringat, dan keringat yang telah keluar dari kulit sulit untuk menguap karena kondisi kelembaban yang tinggi. Ketika kita memakai baju penduduk Arab jelas tidak akan cocok, baju akan mudah basah dan tidak dapat menyerap keringat dalam volume besar. Demikian juga jika penduduk Arab memakai baju orang Indonesia, maka mereka akan mengalami kesulitan dengan kehidupan sehari-harinya.
Dengan tidak menyalahkan takdir, seandainya saja Nabi Saw dilahirkan dan hidup dalam kondisi sub tropis, tentu beliau tidak akan menggunakan pakaian gamis yang tipis, beliau akan lebih banyak menggunakan baju yang tebal seperti penduduk setempat. Jika seandainya Nabi Saw memakai baju yang tebal di sub tropis, apakah kita di wilayah tropis juga akan memakai baju penduduk kutub ? hanya karena mengikuti sunnah beliau, tentu tidak. Karena akan terlihat aneh yang menempatkan sesuatu tidak sesuai kondisinya.
Budaya berpakaian di Indonesia tentunya disesuaikan dengan kondisi alam, jika kita melawan alam maka kita sendiri yang akan sengsara. Makna sunnah Nabi Saw dalam budaya berpakaian adalah berpakaianlah yang sopan dan disesuaikan dengan kondisi alam setempat. Disitulah letak esensi utamanya, sehingga islam datang menyesuaikan kondisi budaya yang ada, bukan pemaksaan budaya Arab. Sehingga datangnya islam melebur dengan budaya setempat, khususnya budaya dalam berpakaian.Â
Apakah orang yang memakai gamis itu salah ? bila dilihat dari sisi ilmu alam maka akan terlihat salah dan aneh. Tetapi kita diberikan akal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (beradaptasi), baju gamis yang adapun bisa diadaptasikan dengan lingkungan tropis, yakni dengan dibuat lebih tebal agar mudah menyerap keringat sesuai dengan kondisi kelembaban yang tinggi, sehingga terlihat jelas bedanya antara gamis Arab dan gamis tropis. Tetapi jika dipakai untuk kehidupan kita sehari-hari juga tidak bagus dengan kegiatan sehari-hari yang kita lakukan.
Memanjangkan Janggut.
Demikian juga dengan memelihara jenggot, sebagian besar orang Arab dan Nabi Saw sendiri memanjangkan jenggot dan rambut beliau. Apakah kita muslimin didaerah tropis juga harus mengikutinya sebagai sunnah ?. Kita harus melihat dengan kondisi alam jazirah Arab yang panas dan kering dengan curah hujan yang sedikit.
Tumbuhan kaktus dapat hidup dalam kondisi tanah yang kering karena menyimpan sendiri kondisi uap air ditanah tempat tumbuh agar uap air yang ada tidak cepat menguap. Fungsi jenggot dan rambut panjang bagi para penduduk jazirah Arab dalam ilmu alam juga sebagai salah satu cara agar air (cairan) yang ada dalam tubuh manusia tidak mudah menguap sehingga manusianya tidak mudah terserang dehidrasi. Sehingga sebagian besar struktur permukaan kulit manusia Arab lebih tebal dan berambut, termasuk dibagian jenggot.
Dan memanjangkan jenggot bagi orang-orang jazirah Arab tentunya telah menjadi budaya sejak zaman Nabi Saw, juga para musuh-musuhnya yang memiliki jenggot panjang. Budaya tersebut tentunya disesuaikan kembali dengan kondisi alam setempat.
Di Indonesia tentunya dengan kondisi alam dengan curah hujan tinggi temperatur tinggi dan kelembaban tinggi sehingga kondisi udara dalam keadaan senantiasa basah menyebabkan tubuh tidak mudah kekurangan cairan akibat panas yang berlebihan. Tentu fungsi jenggot yang ada disini tidak seperti penduduk jazirah Arab sebagai penahan cairan tubuh agar tidak mudah menguap. Sehingga keberadaan jenggot yang lebih panjang bagi penduduk tropis bisa mengganggu karena ketika basah akan sulit menguap dan mengering akibat kondisi lingkungan yang lembab. Sehingga dengan memotong bulu yang berlebihan khususnya disekitar wajah akan membuat lebih nyaman.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, mungkin inilah yang dimaksud oleh KH. Said Aqil Sirajd dengan statemennya tentang memanjangkan janggut yang beliau hubungkan dengan kecerdasan seseorang. Bahwa banyak yang tidak memahami maksud dari fungsi jenggot bagi kondisi cairan tubuh manusia. Khususnya penduduk yang tinggal didaerah tropis seperti Indonesia. Sehingga mengapa kebanyakan para kyai lokal yang berada di Indonesia tidak banyak yang memelihara jenggot ataupun memanjangkan jenggotnya secara berlebihan.
Seperti halnya islam nusantara, budaya berpakaian dan memiliki jenggot yang ada di Arab tentunya tidak secara langsung dapat diterapkan di negara tropis ini. Perilaku berbudaya dalam kehidupan sehari-hari tentunya juga menyesuaikan dengan kondisi alam setempat tempat kita tinggal.