Mohon tunggu...
Apriyan Sucipto SHMH
Apriyan Sucipto SHMH Mohon Tunggu... ASN -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Proletarian..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dulu Ia Kawulo, Kini Ia Buruh, Dulu Ia Horige, Kini Ia Proletar

2 April 2018   16:42 Diperbarui: 2 November 2018   08:44 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ir. Soekarno :

"Tentu,-rakyat punya hak-hak politik yang jauh lebih luas  dari dahulu. Kini ia boleh memilih, kini ia boleh masuk parlemen, kini  ia boleh bersuara, kini ia boleh memprotes, kini ia boleh  berkehendak,dulu ia hanyalah budak semata-mata yang hanya mempunyai  kewajiban dan tidak mempunyai hak. Dulu ia hanyalah kenal "sabda pendita  guru". 

Sabda pandita guru,  secara harfiah memiliki arti,  wajib mengikuti apa apa petuah yang dikeluarkan oleh pemimpin, yang dirasa sesuai ataupun  tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat, rakyat Indonesia. 

Dalam dunia orang jawa, mereka mengenal adanya ungkapan etika,  yang berbunyi 'sabda pandita ratu/guru,  tan kena wola - wali dan berbudi bawalaksana'  yang dapat diartikan sebagai titah/pimpinan tidak dapat diulang,  serta berbudi bawalaksana dapat berarti  memiliki  keteguhan memegang janji,  setia pada janji dan/atau secara harfiah bawalaksana diartikan sesuai antara kata dan perbuatan. 

Ucapan atau janji memang berat,  maka setiap orang dituntut untuk selalu memikirkan secara jernih dan bijak, apapun dan dalam situasi apapun sehingga setiap ucapan yang keluar dari mulut kita bijak pula.  Inilah yang disebut sikap tan kena wola wali dan bawalaksana yakni titah raja/pemimpin yang sesuai dengan janji/ucapan dan perbuatannya.. 

Secara garis besar Pemimpin itu,  sabda pandita ratu, pemimpin  harus bisa mengimplementasikan kebijakan kebijakan,  yang lahir dan/atau terucap olehnya, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Demikian halnya dengan Budi bawalaksana,  yang berarti,  pemimpin yang baik adalah pemimpin yang luhur ing budi,  jumbuh antaraning bawa lan laksana,  yang berarti berbudi luhur dan sesuai antara ucapan dan perbuatannya. 

Tetapi apakah yang kini didapat sebagai untung dilapangan  ekonomi? Dulu ia kekurangan rejeki, kini ia masih kekurangan rejeki.  Dulu ia "kawulo", kini ia "buruh". Dulu ia "horige", kini ia "proletar."

Proletar menurut Karl Mark, adalah masyarakat kelas kedua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Banyak streotip yang memandang bahwa Proletar hanya sebatas sebagai masyarakat kelas rendah. 

Sebut saja,  dia marhaen. Bagi rakyat indonesia yang kecil, baik dia rakyat biasa, pegawai,  pegawai swasta, negeri, asal dia kecil saja,  katakan dia Marhaen.  (Ir. Soekarno) kata marhaen dilekatkan pada masyarakat kecil, kelas bawah. 

Muncul istilah perjuangan sekarang  bahwa perjuangan demokratis merupakan tugas penting bagi Proletar atau, yang berarti  upaya penghapusan penguasaan sektoral atas alat alat ekonomi, yang mengatur hajat hidup orang banyak,  serta pembentukan  sosialis, yang mengisyaratkan bagai mata uang dua sisi,  yakni sisi perkembangan kekuatan kekuatan produksi yang tinggi,  dan sisi yang lainnya pengorganisasian kelas Proletar yang tinggi pula. Hal ini merupakan perjuangan kelas sosial yang luas,  bebas dan terbuka,  juga pendidikan,  pelatihan dan pengorganisasian masa Proletar adalah mustahil tanpa kebebasan politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun