Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak dan Belajar

19 Februari 2014   12:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

TOLONG, Anak Saya Nilainya Selalu Kurang

Oleh Maria Margaretha

Pada masa kini, sering kali, anak-anak di usia belia sudah didorong belajar intens untuk mengejar nilai. Saya sendiri sebetulnya guru privat juga, namun tak jarang saya iba dengan anak-anak didik saya. Untungnya sekarang anak-anak saya ini tidaklah seperti yang beberapa tahun lalu sempat saya bombing. Mungkin pembaca dapat membayangkan anak usia 6-7 tahun yang seharusnya sedang senang-senangnya main, harus les Mandarin (karena sekolah mengajarkan bahasa Mandarin), Les pelajaran sekolah, Kumon/ Sakamoto, Sempoa (mengejar kemampuan matematika). Aduhai sekali.

Saya masih ingat waktu saya seusia itu, saya masih lari-larian dan main prosotan, tak peduli juga walaupun adik saya mendesak mau sekolah sama saya sehingga selisih kelas antara saya dan adik hanya setahun padahal usia kami beda 2 tahun. Tetapi, sekolah itu, ASLI, SUNGGUH, MENYENANGKAN.

[caption id="attachment_296246" align="aligncenter" width="300" caption="Berenang dengan anak? Mengapa tidak?"][/caption] Anak sekarang, masuk sekolah jam 07.00, pulang pukul 12.15, les di sekolah pukul 12.30-13.20, lalu, masih les di rumah yang saya sebut itu.

KEMUDIAN, orang tua menemukan nilai anaknya ternyata masih di bawah ketuntasan Belajar Minimal (KKM). Aduh, salahnya dimana?

Guru di kelaspun mengeluh, mengapa saat belajar anak selalu mengobrol. Apa sih yang diobrolkan? Ternyata acara TV. Karena sekarang anak banyak yang punya akses TV kabel, jelas kami yang modalnya hanya TV lokal agak kehilangan bahan. Atau kadang games di gadget, HP/Tablet/IPAD/PS2 dan teman-temannya.

Jadi, setelah kelelahan belajar disekolah, les ini itu, anak dibebaskan main permainan yang saya sebutkan di atas. Tak heran, anak itu akhirnya mengalami mudah lupa pada apa yang dipelajari. Dari sinilah, artikel ini saya dasarkan.

Menurut saya, memberi anak kesempatan bermain layaknya anak, berlari, berkejaran, dan juga aktivitas olahraga, musik, atau art itu lebih bermanfaat daripada memberi anak segudang les.

Ide saya terhadap peningkatan kemampuan anak belajar di sekolah meliputi,

1.Pembatasan ketat terhadap kegiatan menonton (televisi, video, games komputer), bahkan meniadakannya sama sekali di hari-hari sekolah, akan membebaskan pikiran anak untuk berpikir. Jika tidak, tontonan elektronik itu akan membombardir otak anak dengan rentetan gambar yang menginterupsi proses berpikir.

2.Irama yang teratur dan rutin dalam pola makan dan tidur serta kegiatan sehari-hari akan mendukung sistem syaraf yang rileks dan anak pun lebih siap belajar.Sekolah dan orangtua berperan besar dalam mendukung proses belajar anak lewat penyediaan makanan yang bergizi, buah dan sayuran segar, dengan menghindari minyak yang setengah terhidrogenisasi dan lemak trans. Tidur yang cukup – yang berarti bertambahnya persentase rapid eye movement (REM) – akan membantu anak mencerna pelajaran yang ia terima di hari sebelumnya.

3.Yang tak kalah pentingnya adalah cinta kasih tanpa syarat. Anak yang merasakan cinta kasih ini akan bertumbuh kembang lebih optimal, termasuk kemampuan akademisnya. Di bagian ini saran saya adalah menyediakan waktu, minimal 1 jam bersama-sama. Apakah bermain permainan fisik seperti basket atau tenis meja, sekedar kuda-kudaan atau gendong-gendongan, dan paling penting menunjukkan minat pada aktivitas belajar seperti membacakan dongeng, atau membaca dongeng bersama. Main musik atau nyanyi bersama, baca kitab suci bersama atau mengaji, juga bisa digolongkan menunjukkan cinta kasih ini.

[caption id="attachment_296248" align="aligncenter" width="300" caption="Menikmati alam, temani anak mengamati alam dengan duduk dekat dia..."][/caption]

Anak anda masih sulit belajar juga? Saya tidak percaya, karena semua anak normal, bereaksi positif terhadap hal-hal di atas. Selamat pagi. Selamat tengah minggu. HORE. HARI RABU,…

Salam

Maria Margaretha

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun