Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Corpus Christi Sebuah Perjalanan Iman Film Dokumenter

25 Mei 2018   04:58 Diperbarui: 25 Mei 2018   09:41 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Kafi Kurnia Direktur Produksi, Pak Teguh Ostenrik, Seniman dan Eko Nobel Sineas

Film dokumenter Corpus Christi adalah film yang menceritakan perjalanan iman Teguh Ostenrik, perupa/seniman yang banyak menghasilkan karya patung, lukisan dan juga musik. 

Pemutaran film berdurasi 48 menit ini dibuka oleh direktur produksi film, Kafi Kurnia. Dijelaskan bahwa film dokumenter ini sebenarnya belum usai. Kafi menyebutkan, diharapkan film ini dapat mencapai 60 menit setelah proses editing. 

Film Corpus Christi ini merupakan sejumlah monolog dari beberapa orang. Diawali dengan musik gending dan gambar seseorang melukis di lantai membuat perjalanan kontemplasi saat menontonnya. Kemudian bergantian, Teguh Ostenrik mengisahkan dirinya dan karya karya yang dibuatnya di lingkungan gereja. Katolik. Patung Kristus dan Bunda Maria yang dibuatnya untuk Gereja St. Mary of Angels Singapura adalah karya religius yang memulai rangkaian Corpus Christi ini. 

img-20180525-wa0000-5b0735f3dd0fa82f705188c2.jpg
img-20180525-wa0000-5b0735f3dd0fa82f705188c2.jpg
Sebagai seniman yang mempunyai kegelisahan yang dalam dengan pertanyaan mendesak, "Siapa yang akan kutunggu?" Sebuah pertanyaan yang mempertanyakan iman dan keberadaan diri. Kegelisahan Teguh Ostenrik digambarkan dalam karya lukisan yang padat dan berenergi disertai sebuah kemarahan dalam sehelai kanvas. 

Kafi Kurnia menuturkan pengalamannya bekerja bersama Teguh dalam blog-nya dan saat membuka acara pemutaran film ini. 

Monolog dari pastor Th. Aq. M. Rochadi Widagdo. Pr, menginterpretasikan karya Teguh dalam film ini terasa mengugah refleksi umat dalam beribadah. Bahwa ibadah yang komunal seyogyanya tetap memiliki aspek privat yang penuh emosi yang mengelitik. Bagaimana keberanian Teguh Ostenrik dalam berkarya. Tak heran Teguh dipilih menjadi Seniman 2009 di sebuah majalah di Indonesia. 

Karya Teguh lain dibuat dari besi besi bekas, berupa patung Yesus Kristus di gereja Yohanes Maria Vianney di Cilangkap. Dalam film digambarkan bagaimana proses desain dilakukan mulai dari goresan pensil hingga akhirnya patung tersebut dibawa dalam truk dan dipasang di gereja tersebut. Tubuh Kristus yang selama bertahun tahun divisualisasikan dengan gaya humanis sempurna, oleh seniman berdarah Jawa ini malah ditampilkan dalam kerapuhan yang magis dan sakral. Kerapuhan yang menyatukan derita dan kebangkitan Kristus dalam sebuah kesatuan yang baru. Simbolisasi kelahiran baru dalam tumpukan besi bekas dan berkarat. 

img-20180525-wa0002-5b073595ab12ae13880b5013.jpg
img-20180525-wa0002-5b073595ab12ae13880b5013.jpg
Benar, manusia memang layaknya sampah yang dibangun kembali oleh seniman kehidupan, Allah sendiri. Karya Corpus Christi Teguh yang diawali di gereja St. Mary of the Angels di Singapura juga diperkaya dengan komentar monolog dari John-Paul Tan, OFM, JCL Chancellor of Roman Catholic of Archdiocese of Singapore, dan seorang jematnya. Sayangnya, monolog tersebut berbahasa Inggris dan tidak disertai subtitle. 

Setelah karya Teguh di Cilangkap, film ini juga mengambil setting di Bukit Doa Mahawu Tomohon-Manado. Karya Corpus Christi kali ini dilengkapi dengan jalan salib sepanjang 1 km dengan 14 stasi perjalanan Kristus ke Bukit Golgota. Karya ini merupakan sebuah prosesi yang membawa penganut Nasrani larut dalam misteri derita Kristus yang magis, dalam keintiman yang merangkul iman. 

Menarik bahwa karya Teguh menggambarkan juga kesakralan kebangkitan yang masih dalam penyerahan diri, bukan menunduk, namun menengadah. 

Dalam potongan monolognya, Teguh menceritakan kepergian ibunya karena sakit. Ia melepas ibunya saat mengerjakan karya Corpus Cristi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun