Mohon tunggu...
Hendrie Santio
Hendrie Santio Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Serabutan

Seorang Serabutan yang mencoba memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mungkinkah Menjadi Gembira Karena Hanya Ingin Gembira?

13 Maret 2019   18:15 Diperbarui: 14 Maret 2019   07:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : Theguardian.com

Stres merupakan hal yang alamiah bagi setiap orang. Respon lari atau lawan yang ditanamkan dalam benak setiap manusia boleh jadi menjadi salah satu faktor mengapa ras manusia bisa bertahan hingga hari ini. Berkat kondisi stres anda dapat memiliki dorongan untuk menyelesaikan atau mencapai sesuatu, singkat cerita stres adalah teman bagi mereka yang hidup dengan sangat dinamis dan berorientasi tujuan.

Namun sedemikian positifnya fungsi dari hormon stres tersebut, stres yang terlampau berat dapat berdampak negatif bagi emosi dan kesehatan diri. Dalam kondisi apabila stres sudah terlalu hebat, seseorang dapat beresiko mengalami gangguan kejiwaan hingga gangguan kardiovaskular seperti Jantung. Melalui narasi di atas kita sepakat bahwa orang yang sedang stres berarti sedang tidak gembira. Lalu mungkinkah stres hilang hanya ketika kita ingin gembira?

Psikolog Barbara Frederickson pernah mengungkapkan bahwa upaya mengejar perasaan senang, gembira, dan rasa bersyukur dapat serta merta meningkatkan kemampuan manusia untuk tidak terlalu larut dalam stres. Beliau mengungkapkan bahwa ketika seseorang mampu menggapai perasaan-perasaan positif tersebut, ia dapat mengatur tingkat stres dalam tubuh dengan lebih baik dan dapat mengerjakan sesuatu dengan lebih optimal. Namun untuk mencapai titik keseimbangan emosi tersebut ada beberapa hal yang diketahui wajib untuk ada.

Ada hal-hal yang bersifat materil seperti kondisi keuangan yang sering dianggap bukanlah sumber kebahagiaan (Money Can't Buy Happiness, They Said), keluarga yang harmonis, pertemanan yang positif dan pekerjaan yang ideal dan Kondisi Rumah yang menenangkan baik dari segi eksterior maupun interior. Ada pula hal-hal yang bersifat imateril seperti kepercayaan diri, kehidupan spiritual, hingga kesempatan mengembangkan diri serta hobi. Lalu bagaimana jika ada salah satu  atau beberapa hal di atas yang tidak terpenuhi.

Dalam kondisi terburuk, anda masih bisa mencoba setidaknya untuk memenuhi hal-hal yang bersifat imateril seperti yang diatas . Mencari teman yang dapat memberikan energi positif atau memperbaharui kehidupan spiritual anda dapat bermanfaat bagi kejiwaan anda, tapi efeknya tidak akan sepositif ketika anda sudah melengkapinya dengan gratifikasi yang sifatnya materil. Contohnya apabila anda berkata bahwa anda sedang merasa gembira dalam kondisi menganggur dan melekat dengan kemiskinan hidup, anda sedang menipu diri anda sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun