Berita yang beredar di media masa berkaitan dengan tahun ajaran baru ternyata menjadi perhatian anak-anak juga. Harapan mereka bisa berangkat sekolah kembali dan berkumpul bermain bersama teman-teman sangat besar.Â
Bukan hanya terjadi pada anak-anak usia SD yang masih suka bermain, putri saya yang lulus SMA tahun ini pun berharap bisa kembali beraktivitas bersama teman-teman sekolah. Bagaimana tidak, adanya pandemi telah memupuskan harapan mereka saling berjabat tangan dan berpelukan erat saat perpisahan.Â
Ujian nasional yang ditiadakan, pengumuman kelulusan yang hanya bisa dirayakan tanpa kemeriahan, dan perpisahan layaknya pulang sekolah biasa. Tanpa ada seremonial meninggalkan bangku sekolah dan seragam putih abu.Â
Diperparah dengan ujian masuk perguruan tinggi yang persyaratan dan pelaksanaannya sangat istimewa. Jadwal yang terus diundur hingga belum jelas kapan mulai aktivitas pertama perkuliahan. Jenuh semakin menumpuk katanya.Â
Namun, semua negara juga mengalami hal ini. Bukan hanya di negeri kita tercinta. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan untuk menjalani hingga pandemi berlalu.Â
Melihat awal tahun ajaran baru 2020 kali ini, hanya ada keprihatinan yang dalam. Anak-anak yang biasanya menikmati awal masa sekolah dengan tas, baju, buku dan sepatu baru, kali ini hanya bisa tampil berseragam tanpa bersepatu lalu menyimak tayangan pembelajaran melalui gadget.Â
Tanpa ada interaksi dengan teman di sekolah. Tanpa ada budaya salim pada Bapak dan Ibu Guru. Tanpa ada ucapan selamat datang dan penyambutan serta masa orientasi di sekolah bagi siswa baru.
Bagi siswa yang naik kelas pun hanya sebentar saja pembelajaran melalui daring. Tak bisa menikmati canda dan tawa bersama teman, terlebih bagi yang baru kenal.Â
Ada tantangan agar kreatif menghadirkan metode pembelajaran yang tidak membosankan dan bisa diikuti semua siswa. Namun, menjadi kendala besar bagi sekolah dan siswa yang tidak didukung dengan fasilitas memadai.Â
Tanpa bermaksud menyalahkan siapa pun, pembelajaran daring sebenarnya sangat tidak cocok diterapkan untuk anak-anak sekolah. Selain mereka butuh belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mereka juga butuh sarana untuk mengeksplorasi kemampuan.Â
Pembelajaran yang efektif bagi anak-anak adalah pembelajaran dengan bermain dan berinteraksi langsung. Cara paling cepat memahami suatu pelajaran adalah dengan mempelajari dari dekat obyek yang dipelajari. Meskipun tidak semua bisa dipenuhi dan diterapkan.Â
Sebagai contoh, saat melakukan penelitian di sebuah laboratorium sekolah. Dengan melihat obyek penelitian langsung dan mencocokkan dengan teori yang ada di buku, pasti ingatan anak akan lebih mudah menyimpan.Â
Berharap pandemi segera berlalu dan aktivitas belajar segera berjalan lancar. Tak ada lagi yang mengeluh kehabisan pulsa dan kuota atau kemampuan gadget yang dimiliki kurang memadai.
Pemerintah sudah mengupayakan maksimal. Presiden dan para menteri pun juga telah berusaha dengan segala cara agar kehidupan bisa normal kembali seperti dulu.Â
Bagi saya pribadi, pandemi ini bisa menjadi anugerah sekaligus musibah.Â
Saya sebut anugerah karena hampir setengah abad usia saya, baru kali ini menyaksikan langsung kuasa Tuhan dengan menghadirkan virus kecil tak kasat mata tetapi mampu memporak-porandakan dunia. Bukankah semua ini juga atas kuasa Tuhan atas makhluk ciptaan-Nya?Â
Saya sebut musibah karena banyak korban berjatuhan dan dunia jadi kacau karena adanya virus ini. Sebagaimana kita ketahui pandemi telah merusak semua sendi kehidupan umat manusia. Tak ada yang mampu menyangkalnya.Â
Tahun ajaran baru 2020 bukan hanya bagi siswa yang duduk di bangku sekolah saja. Tahun ajaran baru 2020 adalah tahun ajaran baru bagi kita semua mempelajari dan mengingat lebih dalam kuasa Tuhan dan bersabar atas semua ujian-Nya. Â
Salam.Â
Sidoarjo, 16 Juli 2020
Any SukamtoÂ