Malam itu, saat menunggu giliran setor, aku memilih duduk dekat Mbak Hani. Satu per satu kasir dipanggil untuk menyelesaikan tugasnya, hingga tersisa aku dan Mbak Hani.Â
"Ran, kamu nggak dijemput? Ini kan malam minggu, cowokmu nggak jemput?" tanya Mbak Hani memulai obrolan berdua.
"Aku nggak punya pacar, Mbak. Mana ada cowok yang suka sama aku? Mbak Hani punya teman, kenalin donk!" jawabku santai sambil tertawa tipis.
"Ah, nggak percaya. Cewek model kamu nggak mungkin nggak punya pacar. Kamu pilih-pilih, sih!" Entah apa yang dilihatnya, ia benar-benar tak percaya aku belum punya pacar.
Tiba-tiba kami berdua dipanggil untuk menyelesaikan setoran, usai sudah tugas hari itu. Kami pun meninggalkan area kasir dan berjalan berdua menuju loker, mengambil barang yang tak diperkenankan dibawa masuk area toko dan  keluar berniat pulang.
Jarum jam menunjukkan pukul 22.30, sudah biasa bagiku pulang malam sendiri. Jalanan masih ramai jika malam minggu, karenanya aku tak ragu bermotor sendiri.
Saat mengambil motor di parkiran, kulihat Mbak Hani belum dijemput suaminya. Aku menawarkan diri menemaninya hingga suaminya datang. Sesaat kemudian sebuah mobil datang, suami Mbak Hani turun menghampiri kami.
"Maaf, Bun, tadi ada sedikit masalah di kantor. Jadi aku harus selesaikan dulu." Kata lelaki muda yang bekerja di salah satu maskapai dan diperkenalkan Mbak Hani sebagai suaminya.
"Ran, ini suamiku. Ini Ranti, Yah. Baru dua bulan kerja di sini." Mbak Hani memperkenalkan suaminya padaku.
"Tinggal di mana? Kok pulang malam nggak ada yang jemput?" tanya Mas Hari, suami Mbak Hani.
"Belum punya pacar katanya, cewek gaul model dia kok gak punya pacar, mana mungkin!" jawab Mbak Hani sambil tertawa ke arahku.