Mohon tunggu...
Anya Zofia
Anya Zofia Mohon Tunggu... Mahasiswa S1, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sebelas Maret

Halo sobat pena... Mari berkarya inovatif dengan menulis kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Work Life Balance: Kunci Menjadi Manusia yang Bahagia?

16 Oktober 2025   09:38 Diperbarui: 16 Oktober 2025   09:38 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Work life balance adalah istilah yang pada masa ini masih kerap diperbincangkan. Fenomena tersebut lebih mengarah kepada bagaimana seseorang mampu membagi waktu dan energinya untuk pekerjaan dan kehidupan pribadi. Kita ketahui bahwa saat ini sangat banyak orang-orang di sekitar yang begitu berambisi dalam memperjuangkan karir. Kita biasa menyebutnya dengan istilah workaholic, yaitu orang-orang yang lebih mementingkan pekerjaannya karena tuntutan kebutuhan dan finansial. Fokusnya lebih tersita banyak atau sepenuhnya pada pekerjaan. Supaya hidup terasa dapat lebih waras, maka saat ini banyak orang yang membahas tentang work life balance. Salah satu solusi menjalani hidup dengan tetap melakukan hal-hal yang membuat seseorang lebih bahagia dan peduli dengan diri sendiri.

Mengatur pikiran agar tetap tenang merupakan salah satu cara untuk memulai work life balance. Tidak ada yang salah jika seseorang menjadi pribadi yang produktif. Hanya saja, jangan sampai adanya suatu pekerjaan membuat seseorang menjadi tertekan dan lalai dalam berbagai hal. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan saat ada tuntutan pekerjaan adalah tidur yang tidak cukup. Ketika memasuki waktu lelap, seringkali masih ada yang sibuk berkutat dengan gawai atau laptop. Tidak lupa juga dengan menyesap kopi untuk menghalau rasa kantuk. Dalam hal ini, seseorang harus dapat mengatur waktunya dengan baik dalam menyelesaikan berbagai tugas. Pengerjaan tugas-tugas yang terlalu mendadak atau mepet tentu saja dapat mengganggu waktu tidur. Seseorang dengan kualitas tidur yang kurang juga dapat membuat proses berpikirnya menjadi kurang segar.

Tubuh yang sehat juga diperlukan, disamping memiliki pikiran yang tenang dan segar. Dalam hal ini, pola makan dan aktivitas fisik yang baik seperti olahraga akan membuat tubuh menjadi lebih bugar dan siap untuk menghadapi segala sesuatu di luar sana. Jika seseorang sehat, maka aktivitas pada pekerjaan dan kehidupan lainnya pun tidak akan terganggu. Seseorang akan lebih bersemangat dan siap secara fisik dalam menghadapi segala hal. Ketika seseorang sakit tentu saja akan lebih sulit untuk melaksanakan kewajiban dan hal-hal yang disukainya. Mulai dari menjaga hidup tetap sehat, penyakit tidak akan ada yang berani untuk menyerang. Fungsi otak juga lebih jalan, serta dapat lebih berkonsentrasi. Dalam hal ini, kehidupan sehari-hari dapat dijalani dengan lebih mudah tanpa terganggu.

Selanjutnya, kondisi mental yang sehat juga diperlukan dalam kehidupan yang semakin kompleks ini. Mencari teman dan partner yang tepat dalam hidup ini menjadi salah satu cara untuk menjaga mental tetap aman. Rekan yang selalu support dengan apa yang dilakukan seseorang tentu dapat berdampak pada kesehatan jiwa yang dirasakannya. Ketika sedang berada pada titik yang kurang mengenakkan, ada orang terpercaya yang masih menerima segala keluh kesah. Melalui sahabat, keluarga, atau kekasih, seseorang dapat membagi dan meringankan sedikit pikirannya. Jika energi yang diberikan orang-orang sekitar baik, maka pikiran seseorang juga akan lebih positif. Selain itu, fokus terhadap diri sendiri dan membiarkan berbagai pencapaian orang lain juga menjadi salah satu jalan untuk menjaga mental seseorang tetap aman. Dalam hal ini masing-masing pribadi memiliki kecepatan dan jalannya masing-masing. Perihal tersebut dapat dialihkan menjadi acuan untuk seseorang lebih bersemangat.

Terakhir, kehidupan spiritualitas seseorang juga menjadi salah satu kunci dalam menerapkan work life balance. Seseorang yang telah memiliki keyakinan atau kepercayaan akan membuatnya mampu mengambil suatu keputusan yang baik baginya. Seseorang dapat menentukan mana yang benar dan salah. Seseorang akan dapat menentukan mana yang harus dilaksanakan dan mana yang harus dihindari. Bahkan seseorang dapat melakukan apa yang dapat membuatnya tetap hidup bahagia. Spiritualitas ini merupakan pondasi bagi seseorang untuk mampu mengambil berbagai pilihan di hidupnya. Jika tahap ini berhasil dimiliki, maka kebutuhan akan cara berpikir, tubuh, dan mental juga menjadi baik.

Orang yang dapat mengatur secara bijaksana hidupnya akan dapat berhasil mengusahakan kebahagiaan yang diharapkannya tanpa meninggalkan kewajiban yang seharusnya. Selain kewajiban bekerja, kebutuhan atas kesenangan dan kenyamanan pribadi juga harus dipenuhi. Tidak harus 50:50, yang terpenting adalah bagaimana seseorang tetap menyempatkan diri untuk melakukan hal-hal yang membuatnya sehat secara pikiran, mental, dan juga fisik. Hal tersebut tentu saja dapat disesuaikan dengan prioritas masing-masing orang. Prioritas akan berbeda antara satu dan lainnya. Ada orang yang dengan fokus kerja sudah membuatnya cukup bahagia, namun ada juga orang yang masih perlu untuk rehat sejenak. Dalam hal ini tanggung jawab terhadap pekerjaan harus tetap dikuatkan, namun jangan lupa juga tetap menjaga dan mengusahakan kemerdekaan atas diri sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun