Mohon tunggu...
Harianti Fauziyatul Izah
Harianti Fauziyatul Izah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Jakarta

saya adalah seorang mahasiswa semester 1 di Jakarta, selain aktif sebagai seorang mahasiswa saya juga aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan non-akademis, seperti keorganisasian atau aksi sosial, selain tertarik pada dunia sosial saya juga sangat menyukai ilmu parenting dan ilmu kemasyarakatan, saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara, saya bercita-cita menjadi seorang penyuluh ataupun pekerjaan praktikan lainnya yang dapat terjun langsung ke masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dapur Umum Pengungsian

28 Oktober 2022   13:08 Diperbarui: 28 Oktober 2022   13:12 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kaki ku mulai melangkah, lalu aku berdiri sembari menghela napas, karena saat itu udara sekitar cukup membuatku sesak,mataku terpaku ke arah tenda biru yang di dalamnya berjejer banyak tungku dan panci kuali besar dengan asap mengepul, serta kulihat dua kuali besar yang sedang merebus air yang mendidih, aku memindahkan kuali tersebut dengan serbet.

Ketika memasuki dapur yang pertama ku cium adalah aroma berbagai makanan yang tercampur dengan aroma tanah dan bau alumunium peralatan masak  serta bau busuk dari ayam mentah.

Dipojok sana aku melihat salah satu relawan berompi merah sedang duduk berhadapan dengan pisau ditangan kanan dan bawang bombay di tangan kiri, ntah apa yang akan mereka masak dengan tumpukan bawang yang cukup banyak. Mereka mulai mengiris potongan bawang dan sayuran lainnya, memasak untuk banyak orang dalam waktu yang bersamaan tentu berbeda seperti memasak di dapur, dibutuhkan keahilan khusus dan bantuan tenaga dari banyak orang untuk menyelesaikan tugas berat ini. Kemudian aku mendengar suara renyah dari seorang relawan yang sedang meniriskan bakwan dan menempatkannya ke dalam piring untuk di sajikan kepada para korban banjir.  

Ketika aku melihat para korban bencana itu hanya memakan bakwan, akhirnya aku tergerak untuk membuatkan nasi liwet karena disitu aku melihat ada sekarung beras, sebuah kelapa untuk santan, serai, sebu masakan ku matang dan dengan segera aku hidangkan kepada para korban bencana. Aku melihat raut bahagia mereka ketika perutnya terasa kenyang.
Disaat para warga sudah senang karena perutnya terisi, tiba-tiba aku mendengar suara "prak" ternyataa salah satu bubur yang disediakan khusus terakhir untuk relawan, ternyata tumpah tak bersisa, terlihat para relawan menatap panci tersebut dengan mata nanar, terasa betul kebasnya kaki mereka telah memasak sedari pagi, namun mereka tidak bisa beristirahat dan makan bubur untuk mereka, aku merasa tidak tega dengan para relawan, lalu aku memutuskan pergi meninggalkan lapangan tersebut sembari berdoa, semoga relawan tersebut dapat ketabahan dari makanan mereka yang tumpah, ya namanya relawan pastinya harus sukara citaa menerima semua nasib mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun