Mohon tunggu...
Anto Wiyono
Anto Wiyono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pimred Tabloid Laundry & Tabloid UKM. CEO Okesip Management. Blogger. Konsultan Brand. Pengembangan Merek. Pengembangan Franchise. Trainer Sales dan Marketing. Desainer Web, Desainer Logo. Suka motret kucing, gemar touring. Hoby: melamun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Full Day School Mengancam Madrasah Ibtidaiyah

9 Agustus 2016   18:33 Diperbarui: 9 Agustus 2016   18:38 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: mi-atthayyibah.sch.id

Wacana atau ide sekolah full day yang dilontarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru Muhadjir Effendy mendapat tanggapan beragam. Baik dari siswa, orang tua murid maupun praktisi pendidikan.

Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini melemparkan ide untuk menerapkan jam belajar sekolah seharian bagi siswa SD dan SMP. Alasannya, agar siswa tak memiliki waktu senggang yang tak produktif atau cenderung negatif ketika pulang sekolah sementara orang tua mereka belum pulang bekerja.

Artinya, Mendikbud ingin agar siswa selalu berada dalam pengawasan baik di sekolah maupun di rumah. "Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Mendikbud di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (7/8/2016) seperti kami kutip dari Tribunnews.

Sementara itu dikutip dari berbagai media, para siswa mengaku bakal stress jika harus berada di sekolah seharian. Sedangkan para orang tua menanggapi dengan berbagai macam argumen. Mayoritas mereka tak setuju apabila anak-anak mereka harus seharian berada di sekolah.

Sementara itu menurut pengamatan kami, di beberapa daerah terutama di kantong-kantong NU, banyak siswa SD dan SMP mengenyam pendidikan ganda setiap harinya. Anak SD di Kabupaten Pati misalnya, sepulang sekolah jam 13.00 mereka istirahat sejenak sembari sholat dan makan siang, lalu jam 14.00 mereka sudah harus masuk lagi ke Madrasah Ibtida’iyah sampai jam 17.30

Hal tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun. Meski hampir seharian berada di sekolah dan harus mengenyam pendidikan di dua sekolah dalam sehari, tetapi anak-anak di daerah tersebut tetap baik-baik saja dan tak mengalami kelelahan seperti yang dikhawatirkan oleh masyarakat daerah lain yang tak menerapkan sekolah ganda.

Berbeda dengan daerah yang menerapkan sekolah satu (pilih SD atau MI), di Kabupaten Pati dan beberapa kabupaten di pesisir utara Jawa Tengah, seorang anak bisa lulus dengan memiliki dua ijazah. Satu dari SD dan satu ijazah dari MI.

Meski biasanya, jenjangnya tidak bersamaan. Seorang anak SD kelas 3 biasanya baru masuk MI kelas 1. Hal ini disebabkan karena pada saat kelas 1 SD, si anak memasuki sekolah TPQ (Taman Pendidikan Al Qur’an).

Sekolah SD sebagaimana biasanya, libur mengikuti hari libur nasional yaitu hari MInggu. Sedangkan Madrasah Ibtida’iyah diliburkan setiap hari Jum’at. Jadi setiap Minggu anak hanya sekolah sore hari sedangkan setiap Jum’at, anak hanya sekolah SD. Sorenya mereka libur. Hal tersebut telah berjalan bertahun-tahun.

Lalu jika wacana Mendikbud untuk menerapkan jam sekolah SD dan SMP full day atau sehari penuh, maka sistem pendidikan yang ada di daerah seperti Kabupaten Pati akan terancam. Sebab, jika si anak harus berada di SD seharian, maka ia tak bisa menimba ilmu di MI sebagaimana biasanya.

Selain itu, alasan orang tua sibuk bekerja hingga sore hari dan tak bisa menunggui anaknya, menjadi alasan yang tidak mendasar. Karena tidak semua orang tua bekerja hingga sore hari seperti halnya orang di kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun