Mohon tunggu...
Anton Wijaya
Anton Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Perawat yang suka ngeblog, serta mengikuti dan berbagi di media sosial. Biografi lengkap, ada di http://medianers.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Irfendi Arbi, Sosok Bupati Pelopor Manusia Bebas Pasung

19 April 2016   01:32 Diperbarui: 19 April 2016   02:30 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bupati Irfendi Arbi membebaskan warga dari rantai dan Pasung [sumber gambar : sumbarhebat.com]

Kompasiana, Payakumbuh~ Irfendi Arbi, Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar, yang dilantik 17/2/2016 menunjukan rasa empati tinggi pada segenap rakyat yang dipimpinnya. Ia sangat kaget saat mendapat laporan bahwa ada ratusan warga yang dipimpinnya hidup dalam pasungan.

Mendengar kabar buruk itu, sebagaimana yang diberitakan sumbarhebat.combupati Irfendi Arbi langsung turun tangan melakukan cek kelapangan. Alhasil, ia sukses membebaskan 2 orang warga yang bertahun-tahun hidup dalam keterasingan dan dirantai. Saat pembebasan ia pun tak kuasa menahan sedih dan tampak matanya memerah serta berlinang.

"Manusia mesti dimanusiakan. Apapun kondisinya. Memanusiakan manusia, adalah kewajiban. Bukan lagi pilihan.”Ungkap Irfendi Arbi kepada wartawan.

Hitung mundur sejak tulisan ini dipublikasikan. Bupati Irfendi Arbi telah menjalankan amanah selama 2 bulan 2 hari. Meskipun baru, sosok bupati bersahaja ini mendukung penuh program pemerintah pusat, yakni "Indonesia bebas pasung 2017."

Program membebaskan manusia dari rantai dan pasung, ia buktikan dengan langsung terjun kelapangan membuka rantai penderita gangguan jiwa serta memerintahkan anak buahnya untuk membawa penderita gangguan jiwa ke Rumah Sakit Jiwa Hb Saanin Padang.

Harapan, setelah menjalani pengobatan, sang bupati juga memerintahkan dinas terkait untuk mengantar dan membiayai penderita menjalani rehabilitasi lanjutan di Bengkulu. Hingga penderita sembuh total dan siap kembali ke masyarakat.

Sebagai insan kesehatan, penulis angkat "topi" terhadap bupati Irfendi Arbi atas kebijakan yang ia ambil. Memerintahkan dinas sosial membuat program pengentasan bebas Pasung di kabupaten lima puluh kota. Tegas ia sampaikan, dalam tahun ini, angka penderita di rantai dan dipasung wajib diselamatkan dan angka kejadiannya ditekan hingga turun, bahkan nol.

Tanpa program bagaimana dinas sosial bisa memberantasnya? Dan Irfendi arbi pun menyebutkan pada wartawan, " Kepala Dinas Sosial Transmigrasi dan Tenaga Kerja, saya minta, buat programnya. Kalau tidak ada programnya, bagaimana bisa menanggulanginya?,” Kata Bupati yang dituliskan Jingga_SH di sumbarhebat.com

Pandangan penulis, langka sekali bupati yang mau melakukan aksi ini, karena mengurus orang gangguan jiwa, terlantar dan miskin bukanlah kebijakan populer. Ini adalah kegiatan sosial yang tidak menghasilkan materi. Namun kebijakan yang bisa menguras keuangan daerah ini dilakukan dengan seksama oleh sang bupati dan jajarannya.

Jika diizinkan, penulis ingin sematkan kepada bupati Irfendi arbi sebuah pernyataan, yaitu Irfendi arbi adalah sosok pemimpin berjiwa sosial tinggi. Inilah sosok ideal pemimpin yang dicintai rakyat. Peduli akan manusia, serta memanusiakan manusia yang tidak dianggap.

Sesungguhnya, tindakan mulia bupati Irfendi arbi membawa secercah harapan bagi manusia yang hidup dalam pasungan, karena penderita gangguan jiwa bisa di obati dan bisa sembuh. Namun, orang-orang yang ada di lingkungan tempat ia tinggal yang belum siap menerima kesembuhannya. Dan, masih menganggap ia "gila" sehingga penderita yang telah sembuh akan kembali kambuh.

Saat di rumah setelah menjalani pengobatan, mungkin beberapa hari/ bulan saja cendrung berulang, karena orang- orang belum siap menerima, konsep masih tertanam di masyarakat bahwa ia "gila" sewaktu- waktu ia bisa mengamuk. Padahal, jika penderita gangguan jiwa yang telah menjalani pengobatan jika diterima di masyarakat,keluarga dan lingkungan, maka penderita akan menjadi baik 100 persen. Namun jika dikucilkan, dimusuhi, diacuhkan maka dengan cepat ia akan menjadi kambuh, bahkan mengamuk.

Langkah hebat yang telah dirintis oleh sang bupati, harus disertai dengan memberikan pendidikan dan sosialisasi tentang ilmu jiwa kepada segenap warga kabupaten lima puluh kota yang terpapar dengan kondisi Skizofrenia atau penyakit mental lainnya.

Pendidikan dan sosialisasi yang dimaksud yaitu bagaimana warga mengenal penyebab, cara penanganan dan bagaimana menerima penderita gangguan jiwa agar tidak di pasung, di rantai dan bahkan dimusuhi.

Serta bagaiamana cara keluarga, masyarakat dan lingkungan memperlakukan penderita yang telah sembuh agar tidak kambuh setelah ia pulang ke rumah nanti. Bagaimanapun juga, pencegahan lebih baik dari pada pengobatan. (AntonWijaya)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun