Imam Ghazali dalam cerita di awal tadi adalah contoh bagaimana seorang hamba berbuat tulus dengan pondasi niat dan ikhlas yang kuat, ia sengaja dan dengan kesadaran penuh rela menghentikan aktivitas menulisnya dan membiarkan si lalat "usil" itu meminum tintanya karena belas kasihan, padahal menulis itu paling kesukaan beliau.Â
Hal ini menunjukan suatu sifat yang juga Allah miliki yaitu Ar-rahman dan Ar-rahiim. Sang Imam memberi minum lalat juga tidak dibarengi dengan harapan dan pamrih apapun, kebaikan itu spontan saja beliau lakukan tanpa motif, modus atau prediksi keuntungan yang bakal ia peroleh setelahnya.
Ternyata perbuatan memberi minum yang tampak remeh, yang terlihat sepele ini memiliki nilai kualitas dan mendapat perhatian yang luar biasa di hadapan Allah SWT.
Wallahu a'lam bisshawab