Mohon tunggu...
Anton News
Anton News Mohon Tunggu... Dosen - Invisible Hand
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Imam Ghazali dan Seekor Lalat

2 Juli 2020   23:55 Diperbarui: 23 Juli 2020   13:45 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : kabaritips.blogspot.com

Alkisah, suatu kali seseorang bermimpi jumpa dengan seorang imam besar yang bernama Imam Ghazali yang sebenarnya telah wafat, cerita ini tertulis diantaranya dalam kitab Nashaihul 'Ibad karya Syekh Nawawi Al-Bantani.

Dalam mimpi itu orang tersebut bertanya perihal nasib sang imam setelah meninggalkan dunia fana ini. Beliau kemudian menjawab pertanyaan orang itu dengan sebuah cerita bahwa di hadapan Allah SWT., ia ditanya tentang amal apa saja yang ia serahkan untuk Allah, Al-Ghazali pun menjawab dengan mantap satu persatu semua amal kebaikan serta prestasi ibadah yang pernah ia jalani dalam kehidupannya selama di dunia.

Sang Imam menunggu jawaban dengan percaya diri dan bangga karena telah menyampaikan semua perbuatan baiknya. Diluar dugaan..., ternyata Allah menolak semua laporan amal perbuatan baik, prestasi serta ibadahnya, kecuali hanya satu kebaikannya ketika bertemu dengan seekor lalat sehingga karenanya sang Imam mendapat kemuliaan di tempatkan di syurga.

Pertemuan dengan lalat yang dimaksud yaitu dimulai ketika Imam Al-Ghazali sedang sibuk menulis kitab, maka seekor lalat yang kehausan telah datang mengusiknya sejenak lalu hinggap kedalam wadah tinta. Kala itu sang Imam terenyuh dan merasa kasihan lantas beliau berhenti menulis hanya sekedar untuk memberikan kesempatan agar si lalat dapat melepas dahaga dengan tinta itu.

Jika kita pahami cerita itu, maka ada pesan yang kuat dari hikayat Imam Al-Ghazali dan lalat ini, bahwa ternyata titik tekan dalam ibadah bukanlah pada berapa banyak perbuatan yang sudah dilakukan, melainkan setinggi apa kualitas ibadah yang telah dijalankan. Islam ternyata menitikberatkan pada kualitas bukan hanya kuantitas!

Tentu saja, perbuatan amal ibadah itu jika dilakukan dengan kualitas dan kuantitas yang besar sekaligus akan lebih utama,

Lalu pertanyaannya, bagaimana agar dapat menjaga kualitas ini? 

Baiklah akan kita buka rahasianya.

Ada dua pilar yang harus ditegakkan dalam menjaga kualitas amal kebaikan. 

Pertama..., yang harus ditegakkan adalah niat. Niat ini lebih dari sekedar ucapan, akan tetapi niat harus dilakukan dengan kesadaran hati akan arah, tujuan dan jenis perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, ia juga bermakna sebagai pondasi dari perencanaan yang bakal dibangun secara bertahap. Dalam islam niat menjadi unsur penentu bagi sah atau tidaknya setiap ibadah. seperti misalnya Ingin menjalankan puasa tentu harus ada niat, demikian pula dalam menjalankan shalat, ibadah haji, zakat maupun sedekah. Artinya bahwa setiap kegiatan amal ibadah itu harus dilakukan secara sengaja dan penuh kesadaran dalam hati dengan niat yang kuat dan tepat.

Kedua..., yang menjiwai amal perbuatan itu adalah ikhlas. Ikhlas mengandaikan tidak adanya rasa pamrih apapun dalam melaksanakan sebuah perbuatan, ikhlas bukan berbuat dengan menghitung keuntungan apa yang bakal di dapat setelah melakukan perbuatan itu.

Imam Ghazali dalam cerita di awal tadi adalah contoh bagaimana seorang hamba berbuat tulus dengan pondasi niat dan ikhlas yang kuat, ia sengaja dan dengan kesadaran penuh rela menghentikan aktivitas menulisnya dan membiarkan si lalat "usil" itu meminum tintanya karena belas kasihan, padahal menulis itu paling kesukaan beliau. 

Hal ini menunjukan suatu sifat yang juga Allah miliki yaitu Ar-rahman dan Ar-rahiim. Sang Imam memberi minum lalat juga tidak dibarengi dengan harapan dan pamrih apapun, kebaikan itu spontan saja beliau lakukan tanpa motif, modus atau prediksi keuntungan yang bakal ia peroleh setelahnya.

Ternyata perbuatan memberi minum yang tampak remeh, yang terlihat sepele ini memiliki nilai kualitas dan mendapat perhatian yang luar biasa di hadapan Allah SWT.

Wallahu a'lam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun