Mohon tunggu...
Antonius Barak
Antonius Barak Mohon Tunggu... Guru - GURU

HIDUP ITU INDAH

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mati di Tangan Siapa?

20 Januari 2015   18:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:44 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MATI DI TANGAN SIAPA?

Oleh Antonius Barak

Kotroversi hukuman mati terhadap 6 orang pengedar dan kepemilikan narkotika yang dilaksanakan tanggal 18 Januari 2015 patut dicermati. Hal ini menjadi penting karena menyangkut martabat dan kehidupan banyak orang. Selama ini hukuman mati hanya dipandang sebagai satu cara untuk mengatasi masalah yang selama ini terus terjadi, narkoba, pembunuhan, terorisme.Mengingat bahwa selama ini pula hukuman yang diberikan oleh penengak hukum kurang memberi efek jera. Namun apakah kejahatan ini akan berakhir dengan cara menghukum mati mereka? Pertanyaan yang sulit dijawab. Kalau kita lihat dari pandangan hukum, hukuman mati yang sudah diterapkan selama ini sudah benar secara hukum walaupun semua tidak bisa dipukul rata seperti Rani yang hanya sebagai kurir/membantu suaminya untuk mengenarkan narkoba. Sedangkan suaminya lolos dari maut setelah Presiden SBY mengabulkan grasi yang ia ajukan. Yang salah dan benar ternyata susah dibedakan!

Berhadapan dengan hidup (mati) seseorang secara khusus penerapan hukuman mati, kiranya perlu kita lihat tidak hanya dari aspek hukum saja tetapi dari segi moral mengingat hidup ini sebagai anugerah yang sangat penting dari segala sesuatu yang perlu untuk dihormati dan dilindungi. Seperti yang dikatakan oleh Immanuel Kant, seorang tokoh filsafat yang terkenal, bahwa masing-masing manusia harus dihormati dan dilindungi bukan karena prestasi yang telah mereka capai akan tetapi mereka harus dihormati dan dilindungi karena dia adalah persona yang harus dijunjung tinggi melebihi semua hal lainnya. Oleh karena itu, setiap manusia mempunyai nilai yang tersendiri yang inherent dalam dirinya sendiri, maka masing-masing hidup manusia mempunyai martabatnya sendiri dan mempunyai tujuannya sendiri-sendiri yang tidak bisa dibelokkan oleh orang lain. Dengan kata lain, masing-masing manusia itu mempunyai finalitasnya sendiri-sendiri dan tidak pernah boleh dipergunakan oleh manusia lain untuk mencapai tujuan manusia lain. Manusia tidak boleh hanya dipandang sebagai alat saja untuk mencapai tujuan lain, juga kalau tujuan itu suci. Oleh sebab itu, hukuman mati tidak benar, meskipun tujuannya baik karena manusia itu sendiri adalah bernilai dari segalanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun