Bila Harmoko bicara 'persetan logika' semua tiarap dan menjadi Pak Turut dengan stempel "Menurut Petunjuk Bapak Presiden", maka kekuatan bicara Harmoko menjadi mantra mantra yang melebihi tukang obat di Pasar Senen, tempat Harmoko dulu ngumpul dengan kawan kawan lamanya sesama wartawan Ibu Kota.Â
Harmoko punya kemampuan bicara di balik kengerian ancaman dicabutnya SIUPP koran.Â
Demikian juga Anies dan dalam olah kemampuan jungkir balik logika tak ada yang mampu menandingi Anies, dia bukan saja menciptakan kebingunan intelektual, tapi juga membutakan penafsiran penafsiran atas sebuah karya.Â
Bisa dikatakan karya Anies adalah kegelapan penafsiran yang disambut oleh akal jorok rakyat seperti dalam patung bambu getah getih, dan kemudian ada tumbukan batu-batu pengganti patung bambu.Â
Akal rakyat tak mampu menafsirkan apa makna itu. Apakah patung batu dikurung kawat adalah sindiran "singkirkan kepala batu"? Atau bagaimana memaknai patung batu Anies, dalam patung batu itu?
Anies sepertinya sudah melampaui alam pikiran Wittgenstein bahwa "benda menciptakan tanda-tanda" tapi batu itu sudah bukan tanda-tanda apapun... itulah hebatnya Anies, menjawab bully dengan karya...
Tumpukan batu di tengah ibukota