3. Sederhana
Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat sederhana, mengapa demikian meskipun ia terlahir dengan menggunakan gelar kebangsawanan didepan namanya. Ia tidak lagi menggunakan nama nya tersebut dan mengganti nya di usia sekitar 40 tahun menjadi Ki Hajar Dewantara supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
4. Adil
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dalam pandangannya, tujuan pendidikan adalah memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial serta didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
5. Mandiri
Ki Hadjar dewantara memulai karier perjuangan di lapangan jurnalistik yang dipergunakan sebagai alat memberikan pendidikan politik kepada rakyat melalui tulisan-tulisannya yang berisi cita-cita perjuangnya, di harian Sedyo Utomo di Jakarta sebagai pembantu, harian bahasa Belanda “Middenjava” di Semarang.
Kemudian pindah ke Bandung menjadi Koresponden “De Expres” pimpinan Dowes dekker. Harian De Expres dan majalah Het Tijdschrif di Bandung pimpinan Dowes dekker menjadi pelopor lahirnya partai politik “Indschepartji” yang merupakan partai politik pertama yang tujuannya adalah Indonesia merdeka yang berdaulat, demokrasi serta kewarganegaraannya yang tidak membedakan asal kebangsaannya, asal mengakui Indonesia sebagai tanah air dan kebangsaannya.
6. Disiplin
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari politik ke pendidikan dan berwawasan kebangsaan. Tulisannya bertentangan dengan buah. Melalui tulisan-tulisan tentang dia berhasil menempatkan dasar-dasar pendidikan nasional untuk bangsa Indonesia.
7. Bertanggung Jawab