Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Riwayat Mozart di Belakang Konser Piano Pemahkotaan Raja Austria

19 Juli 2017   08:10 Diperbarui: 5 Desember 2018   21:59 6523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar terakhir Mozart (27 January 1756 -- 5 December 1791) dari lukisan Johann Georg Edlinger di Berlin 1790. (gambar dari Mozart Museum Salsberg)

Bukan "Ngak-Ngik-Ngok".

Nyata sekali musik Mozart menenangkan hati dan memicu pertumbuhan kecerdasan bayi.

Mozart sejak kanak-kanak sudah mahir bermain piano. Padahal, di masa itu, piano baru saja dibentuk oleh Bartolomeo DiFrancesco Cristofori, di Padua, Italia pada tahun 1709.

Bartolomeo memodifikasi alat musik Santur asal Persia (Iran) yang melalui Ottoman (Turki) sudah masuk di Eropah dan dijadikan harpsichord atau clavichord. Hingga kemudian dinamakanlah pianoforte oleh orang Italia tersebut, artinya "lembut (piano) nan nyaring (forte)".

Mozart usia 13. (gambar dari Mozart Museum Salsberg)
Mozart usia 13. (gambar dari Mozart Museum Salsberg)
Sejak usia semuda 11 tahun, Wolfgang Amadeus Mozart sudah menciptakan konser piano pertamanya, yang ini sudah nomor yang ke-37 dari sejumlah 600-an karya musiknya dalam masa hidupnya yang singkat itu.

Dari situ karya pianonya yang nomor 9, yang disebut "Jeunehomme" (Jejaka belia), sering dinyatakan yang terhebat.

Karya ini ia hasilkan untuk seorang pianis wanita bernama Vitoire Jenamy yang berkunjung untuk memberi pertunjukan di Salsberg pada tahun 1777, atau sekira Mozart masih berusia 21.

Hanya 27 konser dengan iringan piano yang selesai diciptakannya, dari situ 8 nomor yang terakhir (#20 - #27) dikatakan telah mencapai kematangannya yang sungguh bisa memberikan apa makna pianoforte yang lembut nan nyaring disepanjang masa. Sayangnya tidak ada kelanjutannya, karena Mozart terus sakit dan meninggal dunia diusia yang masih muda.

Mozart semestinya satu penderita manic-depressive atau yang pada umumnya disebut bi-polar, dengan kelainan jiwa yang nyata terlihat dari cara hidupnya.

Satu ketika pernah ia bercanda riang gembira sambil minum sampai mabuk di muka umum, lalu di ketika lain menjadi pendiam dan menyendiri di kamarnya, tanpa letih terus menuliskan lagunya berhari-hari siang dan malam.

Karena lagu-lagu senantiasa bermain dalam otaknya, sehingga semua konsernya sudah tersusun rampung di dalam hatinya, yang lantas dituliskan diatas kertas saja.

Dalam setiap lagu karyanya selalu ada selingan nada yang drastis, dari nada tinggi segera berubah menjadi nada yang sangat rendah, dari irama yang serba riang dan jenaka segera diganti dengan nada yang melankolis dan mengharukan. Corak demikian yang sudah menjadikan peraturan dalam susunan musik konser sampai sekarang.

Setiap pukulan jarinya di-keyboard piano cepat, nyaring dan tajam sehingga menghasilkan lagu yang nyaman bagaikan suara lembut tiupan angin maupun bagaikan suara rintikan hujan, ini hasil dari tangan Mozart yang kecil dengan jari-jarinya yang pendek tetapi mempunyai kegesitan gerakan yang luar biasa. Walaupun nada note musiknya sangat sederhana di kedengaran, namun ditanam perasaan didalam iramanya, yang memerlukan penafsiran dari hati penampil untuk mempertunjukkan karyanya, sehingga sangat sukar mempertunjukkan karya piano Mozart dengan sempurna bila tanpa pencurahan perasaan penampil kedalamnya.

Sebagai mata percarian nafkah sekeluarga Mozart yang asal dari Salsberg di Austria, sejak kecil bagaikan pertunjukan monyet saja, anak ajaib Mozart yang sudah terkenal dengan ketrampilan bermain piano dan menarik biola itu harus ikut keluarganya berkeliling mengadakan pertunjukan musik karyanya sendiri di depan bangsawan berbagai negeri Eropa.

Dengan demikian dia banyak meresap irama Italia, sewaktu sementara menetap di sana, di masa remajanya (1769-1771).

Selama di sana, ia banyak mempengaruhi ciptaan musiknya dikemudian hari yang ditampilkan dalam beberapa karya piano iringan konsernya yang terakhir, dari konser piano nomor 20 yang mengiringi film cerita hidupnya "Amadeus", dan nomor 23 yang judulnya memang "Italia", juga sering diselipkan irama Italia tersebut disana-sini dalam karya lainnya.

Mozart dengan keluarganya. (gambar Mozart Museum Salsberg)
Mozart dengan keluarganya. (gambar Mozart Museum Salsberg)
Sekali Mozart menemukan irama yang indah, dipermainkannya irama tersebut dalam berbagai nada yang berubah dan yang mengulang, maka terciptalah sepotong musik yang lancar kedengarannya dan yang menenangkan hati, tanpa berkobar-kobar atau emosionel.

Semua itu disebabkan lagunya sudah terpikir lengkap dalam hatinya lalu sekali gus dituliskan diatas kertas, dan rampung dalam sepintas waktu itu juga.

Bandingkan dengan kebanyakan komposer ternama lainnya, seperti saja Beethoven yang terputus-putus ilhamnya, memerlukan waktu yang lama baru bisa menyelesaikan satu karyanya, walaupun hebat tetapi bisa terasa ketidak lancaran dari sambungan-sambungannya.

Banyak lagu-lagu sonata piano Mozart yang terkenal dan sering sudah terdengar sejak kita masih kecil, diantaranya lagu kanak-kanak Twinkle Twinkle Little Star "Kelap Kelip Bintang" (Ah vous dirai-je, Maman), sehingga lagu-lagu Mozart katanya bisa memicu perkembangan kecerdasan, bila didengarkan pada bayi yang masih dalam kandungan ibu.

Mozart dibesarkan oleh ayah yang senantiasa mendominasi, dibawah bimbingan ayahnya yang menjabat direktur musik gereja di kota kelahirannya, Salsberg, sangat mengharapkan Mozart bisa meneruskan jabatan yang terjamin penghasilannya itu.

Pada zaman itu hanya musik gereja yang bisa terdengar dimasyarakat, dan musik Mozart yang memberontak segera menjadi populer dan memecahkan cetakan kawakan itu.

Bagaikan teriakan rock 'n roll Elvis yang memecahkan suara kemerduan Bing Crosby yang basi, seketika itu menjadi geger juga timbullah gempa pencelahan dari kalangan gereja, dan dia dipecat dari jabatan direktur musik gerejanya.

Akhirnya mendapat kemerdekaan dari kekangan gereja dan pindahlah dia ke ibukota musik diwaktu itu, Vienna. Sulit untuk mendapatkan pekerjaan setelah Mozart masuk dalam daftar hitam gereja, maka selain menciptakan musik bayaran untuk pertunjukan privat bangsawan dan orang kaya, juga mulai mengajar, salah satu dari muridnya adalah Beethoven, tetapi penunjang setia dan muridnya yang paling bodoh adalah Leopold II yang naik tahta dalam kerajaan Austria-Hungaria-Jerman keluarga Habsburg di tahun 1790.

Hidup Mozart sangat parah dalam 3 tahun terakhirnya, ketiban Perang Austria-Turki yang membara dan jatuhnya perekonomian dinegarinya, lagi pula dia sudah sakit-sakitan, kecuali masih terus menulis musik bayaran untuk mempertahankan keperluan hidup istrinya yang tetap berfoya, sudah jarang bisa mengadakan pertunjukannya sendiri.

Kebetulan saudaranya Ratu Perancis Maria Antoinette yang di Austria, Raja Joseph II yang gemilang itu wafat, dan adiknya naik tahta menjadi Raja Leopold II, dia adalah murid yang tidak berbakat tetapi sangat cinta piano dan tetap mendukung Mozart, maka memperkerjakan Mozart untuk menciptakan musik iringan dalam upacara pemahkotaannya di tahun 1790.

Mozart mempersembahkan 2 potong konser iringan piano nomor 19 dan 26 dalam pemahkotaan Leopold II di Frankfurt am Main pada bulan Oktober 1790. Dengan demikian konser piano nomor 26 tersebut kemudian dijuluki "Pemahkotaan" (Coronation piano concerto).

Seumur hidupnya Mozart tekun berkorespondensi, selalu surat menyurat dengan Leopold ayahnya, Nannerl saudarinya maupun dengan ibunya dan juga istrinya, Constanze.

Bagaikan catatan harian, dia menceritakan hidupnya dan menuturkan latar belakang setiap karyanya kepada mereka. Surat-surat tersebut sudah dijilid buku Kumpulan Surat Mozart yang bisa digunakan sebagai dasar riwayatnya.

Kepada istrinya, dia menceritakan kesan selesainya mempertunjukkan di istana karya piano konser 26 tersebut pada April 1789, dan karya yang sama itu kemudian juga dipertunjukkan dalam pemahkotaan dibulan Oktober 1790, setahun sebelum Mozart meninggal dunia, maka bukanlah suatu karya yang sengaja disusunnya untuk pemahkotaan melainkan dijuluki begitu karena dimainkan dalam upacaranya.

Setiap komposisi konsernya terbagi dalam 3 potongan yang disebut gerakan (movement), berselingan gerakan yang berirama cepat, lebih cepat atau pelan dan sangat pelan.

Belum jelas mengapa dalam konser piano Pemahkotaan tersebut, Mozart kebanyakan hanya menulisnya untuk pemainan dengan satu tangan kanan saja.

Raja Leopold II memang suka main piano, tetapi tidak bakat, Mozart tidak bisa menolaknya walaupun sangat jengkel pada kebodohannya, karena sekarang sungguh membutuhkan dukungan untuk biaya hidupnya, maka untuk dia dikarangkan sepotong musik yang bernada kekanak-kanakan dalam gerakan ke-2 konser piano Pemahkotaan tersebut, dari dasar watak Mozart, entah dibelakangnya itu apa ada unsur untuk menyenangkan atau untuk menyindir sang raja yang cuma berketrampilan satu tangan saja.

Dalam kenyataannya ada bukti bahwa gerakan ke-2 dan ke-3 konser piano itu juga kemudian harus disempurnakan oleh orang lain.

Senantiasa banyak pemuja berkunjung didepan Rumah Kelahiran dan Museum Mozart di Kota Lama Salsberg. (gambar dokumen AH Tjio)
Senantiasa banyak pemuja berkunjung didepan Rumah Kelahiran dan Museum Mozart di Kota Lama Salsberg. (gambar dokumen AH Tjio)
Patung monument Mozart di alun-alun Kota Lama Salsberg. (gambar dokumen AH Tjio)
Patung monument Mozart di alun-alun Kota Lama Salsberg. (gambar dokumen AH Tjio)
Rumah kediaman dimana banyak karya musik diciptakan di Salsberg. (gambar dokumen AH Tjio)
Rumah kediaman dimana banyak karya musik diciptakan di Salsberg. (gambar dokumen AH Tjio)
Oleh-oleh serba Mozart yang memenuhi Kota Lama Salsberg. (gambar dokumen AH Tjio)
Oleh-oleh serba Mozart yang memenuhi Kota Lama Salsberg. (gambar dokumen AH Tjio)
Mozart meninggal dunia diusia muda 35 tahun, dan Raja Leopold II yang suka tetapi tidak mengerti musik itu juga menyusulnya setelah hanya 2 tahun diatas tahtanya.

Meluas dikabarkan Mozart menulis misa arwah untuk persediaan kematian dirinya (Requiem), ini sukar bisa dipercaya. Dia seorang yang bi-polar tidak mungkin bisa meramalkan bakal mati di usia masih muda, sehingga tidak ada alasan untuk mempersiapkan kematiannya sendiri.

Meskipun dia sudah sering sakit dan menyukarkan kegiatan pertunjukan konsernya, tetapi masih tidak terputus menulis karya musik yang besar selama 3 tahun sebelum akhir hayatnya, salah satunya yaitu konser piano Pemahkotaan tersebut, satu lagi yang terakhir nomor 27 dan beberapa karya tunil operanya yang ternama, dan begitu rupa terus menulis musiknya sampai beberapa saat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Masih menulis musik pada saat akhir hidupnya. (gambar Mozart Museum Salsberg)
Masih menulis musik pada saat akhir hidupnya. (gambar Mozart Museum Salsberg)
Dituturkan oleh istrinya setelah Mozart meninggal dunia di kedinginan malam tanggal 5 Desember 1791, bahwa dia itu baru saja menerima bayaran uang persekot dari bangsawan Count Franz von Walsegg untuk menulis lagu Requiem, demi memperingati istrinya yang sudah meninggal dunia 8 bulan, dan Mozart juga baru memulai menyusun 3 dari 9 bagian musik itu.

Sedangkan 2 dari 3 bagian tulisan asli dari Mozart itu masih juga dalam taraf rancangan saja terus dia mati, maka istrinya lantas diam-diam memperkerjakan temannya yang bernama Franz Xaver Sussmayer untuk meneruskan komposisinya sampai selesai, supaya mendapat ansuran pembayaran terakhir dari bangsawan yang membelinya itu, maka karya rampung Requiem Mozart itu sebetulnya hampir keseluruhannya adalah ciptaan Sussmayer dibelakang layar, dan baru bisa diserahkan kepada pembelinya setahun berikut kematiannya Mozart.

Kabar Mozart menulis Requiem untuk kematiannya sendiri itu adalah hoaks.

***

Referensi:
Wolfgang Amadeus Mozart, Hans Mersmann (translator): Letters of Wolfgang Amadeus Mozart. (1928, republished 2016) Dover Publications.
Mitsuko Uchida: Mozart - Piano Concerto No. 26
 ---
Oleh: Anthony Hocktong Tjio.
Monterey Park, CA. 17 Juli 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun