Mohon tunggu...
Anna Damayanti
Anna Damayanti Mohon Tunggu... -

I am nobody, just like you ... ;)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Read Me

18 Januari 2018   17:38 Diperbarui: 18 Januari 2018   17:43 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di depan jendela aku menunggumu seperti gila. Kutunggu seharian lebih namun tidak ada tanda-tanda engkau disana. Kamu dimana?
Jendelamu tertutup rapat tanpa ada tanda-tanda kehadiran siapa-siapa, dimana hingar bingar yang biasa mewarnai ruangan itu.
Aku kesal, sebal, marah dan emosi. Kamu kemana saja.
Hingga sore aku menanti kamu tidak juga menampakkan tanda-tanda kehadiranmu.
Kini hujan sudah turun rintik-rintik, bau tanah yang basah seharusnya menyegarkan hari ini. Tapi tidak, hatiku sumpek karena kamu tidak juga muncul. Sekali lagi, kamu kemana saja.
Ah pasti kamu sangat sibuk hari ini, sehingga untuk melongokkan waktu keluar jendela saja tidak sempat. Bukankah ruang kerja kita hanya terbatasi oleh dua jendela.
Biasanya setiap satu jam kamu selalu melongok dan tertawa sambil melempar kacang ke jendelaku. Kini, sudah seharian sampai sore tidak muncul juga.
Sibuk sekali rupanya. Kertas sudah aku tempel di depan jendelaku, tapi kamu tidak juga melongokkan kepalamu melihat sedetikmu.
Baca-baca-baca, aku sudah mau. Bukankah sore ini kita akan menonton bioskop bersama. Bukankah filem yang kamu suka sudah main di bioskop depan kantor kita.
Hayuk. Kamu kemana saja. Aku kesal.
Sore sudah turun, semua teman-teman sudah pulang. Kamu kemana saja.
Tik tok tik tok, bunyi jam di dinding menambah sebal.
Akhirnya waktu aku mau pulang ada yang mengetuk jendela ruangan aku, kamu. Tok Tok. Kepalamu menyembul dari balik jendela.
Aku cemberut dan kamu tertawa.
'Kenapa cemberut, cinta.' Katamu.
'Aku menunggumu sampai kering.' Kataku ketus.
'Emang kamu jemuran ya kok bisa kering.' Gayamu seperti biasa, bercanda.
Ah, mana bisa aku marah dihadapanmu. Pesonamu begitu memikat aku, dengan lelucon-lelucon lucumu, dengan senyum bandelmu, dan dengan suara tengilmu. Kamu lagi, kamu lagi.
Gara-gara kesal terpaksa aku melihat rekaman stand-up komedimu yang baru tayang semalam di TV, ada di youtube. Kamu boleh juga. Uhuk, kangen.
'Nah, kok malah bengong.' Katamu lagi sambil tersenyum tengil, kegantengan.
'Huh, siapa yang bengong.' Jawab aku sok ketus.
'Aduh, kesel ya dari tadi nungguin. Aku sibuk, cinta. Ngga tau apa, bos besar minta ini itu dari tadi. Aku sampai tidak sempat melongok ke jendela kamu. Dia duduk dan memandangi aku terus. Mungkin karena aku terlalu ganteng ya.' Katamu sambil meringis memamerkan gigimu yang putih bersih.
'Iya deh, ya udah sana sama Merline aja, anak juragan besar. Udah cantik, seksi, putih, kaya lagi. Kamu ga usah susah-susah kerja. Tinggal nikah aja semua pasti beres.' Jawab aku sambil memalingkan wajah.
'Diih, ngambek nih si cinta. Tenang cinta, kamu segalanya kok.' katamu sambil memamerkan senyum termanismu.
Pura-pura membereskan meja, aku menahan helaan nafas di dadaku yang mendadak ingin keluar karena lega sudah bertemu dengan kamu. Tapi belum selesai nafasnya terhembus lega kamu sudah menarik aku keluar.
'Hayu, nanti filemnya keburu selesai jam tayangnya.'
'Tapi meja masih berantakan.' kataku sambil menahan tarikannya.
'Ah, kapan sih meja kamu rapih.' katamu meledek lagi.
'Ah, kamu. Ya sudahlah.' kataku.
Kamu merangkul bahuku dan kita berjalan berdampingan keluar kantor yang sudah sepi. Aku tahu kamu mau memeluk aku tapi kamu memang pria yang sopan jadi hanya bahuku saja yang kamu rangkul padahal kita sudah berpacaran hampir 5 tahun.
Ya Ya Ya, cinta lokasi. Apa boleh buat. Kamu terlalu indah untuk dilewatkan, Theane Yukovizt

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun