Mohon tunggu...
Agung Nugroho Puspito
Agung Nugroho Puspito Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

National Centre Of Excellence In Molecular Biology, University Of The Punjab. (Sak temene kesel sekolah terus, ora nduwe pilihan maneh)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kapoor, Mullah, Ph.D Deception

18 Januari 2012   06:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:44 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika semut hitam berada diatas batu hitam dimalam yang gelap, bagaimana kita mengenalinya?

Berbicara tentang penampilan halus, ini tentang Karina Kapoor yang tentu membuat siapa saja menjadi lunglai terpesona. Melihat penampilan dalam film yang dibintanginya, semua sempurna dalam imajinasi percintaan.

Kemudian ada yang protes, “apa kamu tidak melihat siapa dia sebenarnya, seperti apa Kapoor itu dalam kehidupan nyata”. (Kita simpan statement ini)

Bagi saya yang sudah terbuai oleh apa-apa yang terlihat dalam film-film itu adalah Kapoor yang mempesona, wujud kesempurnaan seorang wanita. (catatan: kita berbicara tanpa melibatkan kesadaran).

Dengan Sarinya berwarna merah bertepian emas, dia berjalan diterpa angin, wajah duka terlihat lebih pasih, rambut hitam panjang terburai melambai dalam Slow Motion…HALUS dan LEMBUT bukan?

Berbicara pelan dengan kekasihnya, bibir bergincu merah mulai gemetar, tatapan mata nan tajam tertuju, sudut matanya berair dan deraslah mengalir, tentu menunduk dalam Slow Motion…HALUS dan LEMBUT bukan?

Di tepi danau dia bernyanyi untuk pasiennya yang gila, setiap kata penuh kesungguhan, setiap melodi terasa sedih dan akhirnya lari sekuat tenaga menghampiri, sambil berteriak-teriak menyebut nama si pasien…HALUS dan LEMBUT bukan?

Di padang salju seorang wanita berlari mengejar sang kekasih, yang hendak pergi lagi setelah tujuh tahun lamanya ditinggal. Wanita itu meraih pundak dan sekuat tenaga menampar wajah sang kekasih, dia marah, menangis, dengan memukul-mukul dada sang kekasih sambil berkata “beraninya kamu meninggalkan aku lagi, beraninya kau”. “kamu milikku, janganlah pergi” dan di peluk eratnya….HALUS dan LEMBUT bukan?

Diatas itu adalah LUKISAN, GAMBARAN, yang mana penonton seperti saya, tidak memiliki pilihan lagi selain menyerah dalam ketakjuban. Apa lagi yang perlu saya ketahui tentang Kapoor? Apa saya masih perlu berfikir? Bukankah kebutuhan saya sudah terpenuhi yaitu HALUS dan LEMBUT.

Saya yang berpredikat penonton awam tidak membutuhkan informasi yang benar tentang Kapoor, buat apa lagi? Kalaupun ada yang memaksakan berita-berita tentang Kapoor di kehidupan nyatanya saya akan berkata “Itu tidak benar, bukan seperti itu Karina” walau nyata-nyata adalah benar. Saya hanya akan mengatakan keterkaguman saja dan tentang ketakjuban saja.

Bisa jadi, sampai-sampai saya mengganti nama sesuai dengan lawan percintaannya seperti “REHAN’ atau lainnya. Karena saya sudah menyerah dalam imajinasi yang dibangun dalam film itu. Bisa jadi.

Ketahuilah olehmu, tentang sifat seorang penonton “kami hanya butuh terpukau, tanpa sarat walau kita tahu sedang dibohongi”. Cobalah lihat hubungan Ilusionis di panggung dan penonton di tribune”. Tahukah kamu apa itu? Yang satu dengan senang hati membohongi dan yang lain rela untuk dibohongi” dan semua sadar sesadar-sadarnya. Catat ini “Terpukau” titik.

Saya merasakan kebingungan olehmu, dengan membaca sejauh ini. Itu pertanda bagus.

Mari kita tuntas dan memuarakan diskusi ini dengan jelas, tulisan ini berawal dari dua kalimat, yang pertama CUKUP HALUS dan yang kedua KAPOOR TIDAK SEPERTI YANG KAMU SANGKA.

Kedua kalimat ini lahir dari tempat yang berbeda, bahasan atau diskusi yang berbeda tapi sesungguhnya itu adalah kontradiksi dari dirimu, bukan saya. Ketika saya paparkan kebohongan, manipulasi atau segala sesuatu yang menelanjangi golongan itu, kau jawab “CUKUP HALUS” hanya dengan melihat tulisan yang bisa di make up dan sebaliknya kau katakan saya harus membuka mata untuk bilang “AKU TERPUKAU OLEH KAPOOR”.

Sepertinya sudah mulai menangkap puzzle acak dari saya, bukan begitu KOIBITO?

Saya pernah bercerita padamu, ketika ada yang hanyut oleh puisi seorang MULLAH, benar-benar hanyut, orang ini tidak membutuhkan bukti, tidak membutuhkan akal, tidak membutuhkan mata telinga hati dan lain sebagainya. Yang dia ketahui, dia menyerah tanpa sarat dalam ketakjuban. Itu sudah.

Dan kemudian saya sampaikan pada orang itu, apakah itu ungkapan jujur dari sang MULLAH, dia jawab “TENTU” dan saya lanjutkan lagi “bagaimana bila kalimat itu keluar dari mulut saya, apakah masih Indah dan bagaimana bila kamu mengetahui bahwa ungkapan itu hanya untuk membuatmu terpukau”.

“aku tidaklah lebih dari debu, yang menempel dikaki kuda tuanku” dan pengagum MULLAH ini tidak butuh informasi apa-apa lagi tentang sang MULLAH. seperti saya yang mengagumi KAPOOR dengan syair “aku tidaklah lebih dari debu, yang menempel di sepatu balet KAPOOR”, bagaimana saya bisa menerima informasi yang buruk tentang Karina, sejatinya sudah terbuai.

Sekarang kita tinggalkan ini, kita berbicara “saya sebagai REHAN yang berusaha mendapatkan cinta seorang gadis Punjabi di lingkungan Lab”. Silahkan tebak, apakah saya akan mengumumkan bahwa saya sudah beristri dan memiliki anak? Emmm.

Oya, coba sebutkan sarat sebagai penonton dan sarat sebagai Ilusionis? Tentu si gadis Punjabi adalah para penonton yang harus mendapatkan Ketertajuban dan saya si Ilusionis yang berusaha membuat takjub.

Atau saya memilih menggunakan resep-resep dari film Hindustani, berjalan dilorong Lab ketika tiba saatnya Tea Time, wajah sendu dan ramah, rambut selalu melambai tertiup-tiup kemanapun saya melangkah, memandang si gadis Punjabi yang sudah ditetapkan sebagai korban, tentu hitungan matematika bagian dari ini, informasi dasar dari data survey yang berupa statistic sebagai modal menetapkan ILUSI apa yang akan berhasil dan perlu digunakan. Anda boleh menyebut ini sebagai hubungan “Pemangsa dan Mangsa”.

Oh ternyata, gadis-gadis ini suka nuansa seperti ini. Oh ternyata, gadis-gadis ini suka memandang laki-laki yang terlihat gugup. Oh ternyata, mereka berhasrat ketika melihat kita menggigit bibir.

Oh tenyata memanipulasi itu tidak sulit, bukan begitu? Ya..selama sarat HALUS dan LEMBUT terpenuhi dari sisi penonton, cukup sudah. Apapun caranya, baik dan buruk tetaplah HALAL dalam peperangan dan cinta.

Lantas maksud dari ini apa? Sederhana sekali jawabannya. Sesungguhnya di dunia ini tidak ada bisa ditutupi, walau oleh seorang Ph.D dalam bidang Deception. Bacalah semua kitab-kitabnya, maka mereka akan telanjang walau kita tahu mereka akan terus dan terus menyangkal. Sudah naluriah bagi Ph.D Deception untuk bisa memukau, tampil HALUS, LEMBUT dan akhirnya menuangkan racun dalam pikiranmu.

Dan KAPOOR pun akan bilang, bila kau mencintaiku maka bencilah kedua orang tuamu, bila kau mencintaiku maka bencilah saudara, sahabat dari keluargamu, dan KAPOOR pasti bilang kau boleh bersenang-senang dengan tamuku juga aku akan bersenang-senang dengan tamumu.  KAPOOR juga akan bilang, kedua warisan buatmu itu palsu, warisan sebenarnya ¾ lebih banyak. Akhirnya kau benar-benar menjadi anak panah yang jauh meninggalkan busurnya.

Ingatlah KITAB-KITAB itu tidak bisa berbohong, walau berada ditangan Ph.D Deception. Dapat dipastikan semakin banyak kita membaca karangan atau Kitab-Kitab yang menjadi rujukan utama mereka, semakin jelas LUKISAN yang sebenarnya atau seperti kita sedang mengikuti KAPOOR dalam kehidupan nyatanya, maka tidak akan ada lagi yang luput. Tapi semua kembali pada kita, apakah masih menjadi penonton yang butuh TAKJUB saja? Untuk memenuhi kebutuhan HALUS dan LEMBUT?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun